Jumat, 22 November 2024
Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Saham Grup Bakrie Mulai Bangun dari Level Gocapan

Mohamad Yusuf Fadilah

| Rabu, 2 September 2020

| 22:01 WIB

SERANG, EKBISBANTEN.COM – Ada fenomena menarik di Bursa Efek Jakarta pada perdagangan Rabu (2/9/2020), yakni mulai bangunnya saham-saham grup Bakrie, seperti PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) yang langsung melesat terkena auto reject atas (ARA) setelah sekian lama masuk dalam jajaran saham gocapan.

[adrotate group="5"]

Dilansir dari investor.id, Rabu (2/9). Saham sejuta umat, yakni PT Bumi Resources Tbk (BUMI), juga mulai bergerak-gerak dengan volume pembelian hingga mencapai 13.817.813.

Harga BUMI sempat bangkit ke level Rp 52, tetapi kemudian tertidur lagi di level gocapan. Hari sebelumnya, saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) sempat bangkit dari level gocapan hingga Rp 61, level tertinggi perdagangan hari ini. Namun akhirnya pada penutupan menyerah terkena auto reject bawah (ARB) menjadi Rp 55.

“Ini adalah fenomena menarik. Saham-saham Grup Bakrie yang sebelumnya tertidur pulas di level gocapan mulai bangun,” kata Ketua Komunitas Investa, Hari Prabowo.

Ia mengingatkan agar investor berhati-hati karena pengalaman pilu masa lalu dengan saham-saham Grup Bakrie tersebut.

Perdagangan Rabu ini, saham ENRG bangkit dengan penguatan Rp 17 (34%) menjadi Rp 67 dan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) menguat Rp 25 (34,72%) menjadi Rp 97. Investor asing terlihat memborong saham ini karena sektor energi dan sawit memang sedang moncer seiring kenaikan harga minyak dan CPO.

Setelah kedua saham tersebut mencapai ARA, giliran saham BUMI bergerak-gerak dan banyak investor yang mulai mencermati saham-saham grup ini, seperti DEWA, ELTY, BTEL, dan BNBR. Harga saham BRMS, kemarin, bangun dari tidur panjang karena dipicu optimisme kenaikan harga emas.

Volume transaksi yang lumayan besar membuat investor ritel tertarik, terlebih lagi BRMS kini dikuasai perusahaan tambang Wexler, sementara porsi Grup Bakrie tinggal sedikit, kurang dari 11%.

“Kalau dilihat konsesi tambang BRMS sangat potensial. Tambang di Gorontalo dan Dairi berproduksi, sedikitnya mampu bertahan dua tahun,” kata Hasan

Zein Mahmud, mentor komunitas Investa. Trauma Meski secara sektoral saham-saham perusahaan Bakrie banyak yang menari, investor masih trauma dengan saham-saham mereka karena pengalaman masa lalu yang menyakitkan. Sebagai contoh, harga saham BUMI sempat berjaya pada harga Rp 8.000 dan kini tertidur lelap di level gocapan.

Pada era sebelum krisis finansial subprime mortgage di AS tahun 2008, saham Bakrie yang disebut seven brothers sempat berjaya. Bahkan BUMI dijuluki sebagai saham sejuta umat karena menjadi favorite banyak investor. Namun, krisis subprime mortgage yang dampaknya dirasakan sektor finansial di Indonesia, membahwa IHSG anjlok cukup dalam.

Saham-saham Grup Bakrie yang banyak tersangkut utang luar negeri ditambah aksi korporasi yang merugikan membuat investor balik badan, membuang saham-saham tersebut dan akhirnya banyak yang tidur lelap di level gocapan. (*/rohman)

]]>

Editor :Rizal Fauzi

Bagikan Artikel

Terpopuler_______

Scroll to Top