Diberitakan sebelumnya, pengelola ‘Cafe Gue’ Rizki Irawan mengeluhkan soal sulitnya cara mendapatkan kode barcode untuk skrining pengunjung yang datang ke kafenya karena belum ada sosialisasi dari Disparbud Kota Cilegon.
Menurut Neli, sosialisasi itu belum dilakukan karena dikhawatirkan akan menimbulkan kerumunan di masa PPKM yang tengah berlangsung di Kota Cilegon.
“Enggak sih, karena lagi pandemi Covid-19 dikhawatirkan berkerumun,” kata Neli kepada Ekbisbanten.com, Senin (28/9).
Lebih jauh, Neli menyampaikan di tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat, seharusnya semakin memudahkan masyarakat mengakses informasi cara mendapatkan kode barcode.
“Kalau mungkin 5 tahun yang lalu kita bicara gak tahu, gak bisa itu boleh lah, tapi sekarang ini kan semua ter digitalisasi. Tapi, terlepas itu semua kita tetap sampaikan ke wadahnya yaitu Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Cilegon, nanti PHRI menyampaikan ke kafe-kafe,” ujarnya.
Selain itu, dikatakan Neli, keterbatasan anggaran juga diduga menjadi pemicu terhambatnya sosialisasi cara mendapatkan kode barcode untuk aplikasi Pedulilindungi, termasuk pelaksanaan program untuk membangkitkan pelaku usaha kafe di Kota Cilegon.
“Kalau kita sebenarnya lebih kepada pembinaan dan keterampilan, kita biasanya sebelum pandemi Covid-19 mengadakan pembinaan usaha destinasi dan industri pariwisata. Cuma karena Covid-19 anggaran di-refocusing untuk penanganan Covid-19, tapi bulan November nanti ada pelatihan Ekonomi Kreatif,” ucapnya.
Meski begitu, melalui pesan instan Neli mengirimkan alamat link https://cms.pedulilindungi.id/ untuk pembuatan QR Code Pedulilindungi. (Mg-Maul)
]]>