Selasa, 3 Desember 2024
Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Catatan M. Chairul Arifin: Cowboy

M. Chairul Arifin

| Kamis, 18 April 2024

| 11:36 WIB

Ilustrasi Cowboy. (Foto: Freepik.com/freepik)

Oleh: M. Chairul Arifin
Penulis merupakan Purnabakti Kementerian Pertanian sekaligus Alumni Universitas Airlangga (UNAIR)

Kata dan istilah Cowboy mengacu kepada seorang lelaki penunggang kuda, penggembala sapi yang menggiring ternak sapi dan kuda di padang rumput luas di Amerika Utara, perbatasan Amerika dan Canada di tahun 1500 an. Selain menggembalakan dia terampil menunggang kuda juga bertanggung jawab terhadap keamanan, kesehatan ternak yang digembalakannya.

Kisah Cowboy lantas mengingatkan saya di jaman saya masa SMP yang telah membaca serial buku petualangan imajinatif Karl May di padang Alaska, tentang kepala Suku Indian Apache, Winnetou dengan sahabat nya orang kulit putih yang pintar mengayunkan lengan kirinya untuk memukul musuhnya Old Shatterhand. Petualangan Winnetou dan Old Shatterhand ini terus diceritakan termasuk kuda yang dinaikinya.

Gambaran Cowboy ini sekarang dilengkapi dengan pakaian dan berbagai aksessorinya termasuk topi lebar khasnya, sepatu boot dan bandana nya itu. Gambaran ini kemudian digambarkan sebagai Sheriff yaitu kepala Keamanan yang bertugas mendamaikan dan menyelesaikan perselisihan antar geng di berbagai cafe di Amerika. Jadi menjadi Sberiff itu adalah pekerjaan berat tapi disegani di berbagai daerah pergolakan di Amerika pada jamannya karena dipilih melalui pemilihan umum Daerah (pilkada)

Cowboy populer di Amerika, sejak imigran bangsa Spanyol yang datang ke Amerika di abad 16 dan mereka kemudian membentuk koloni baru seperti di daerah New Mexico, Texas dan Arizona. Di daerah ini orang Spanyol membawa budaya beternak dengan penggembala nya yang pada mulanya disebut sebagai Vaqareous. (Vacca artinya sapi dalam bahasa Spanyol). Budaya beternak dengan penggembala ini akhirnya meluas sering pula datangnya bangsa-bangsa Eropa lainnya termasuk Inggris dan Perancis hingga akhirnya kata Cowboy meluas dan menjadi terkenal.

Pekatik

Di Indonesia dikenal kata pekatik, yaitu perawat hewan di jaman kerajaan dulu yang terus berkembang di jaman modern saat ini menjadi dokter hewan. Waktu itu para pekatik merawat hewan- hewan kuda milik kerajaan. Dari sejak perawatan kuku sampai kesehatannya. Dia mendapat upah dan penghargaaan yang tinggi dari para Raja, karena hewan peliharaan nyata menjadi tunggangan sehari-hari para Raja dalam kunjungan inspeksi harian kepada rakyatnya.

Jadi berbeda sistim peternakan di Amerika yang ekstensif, skala besar, padang rumput yang luas dengan di Indonesia yang intensif, skala kecil, dan tidak di padang luas. Limpahan bahan pakan tersedia setiap saat. Dua musim yaitu kemarau dan musim hujan di Indonesia beda dengan negara 4 musim yaitu musim semi, hangat, gugur dan dingin di belahan bumi utara. Berbeda pula vegetasinya.

Jadi mengapa kita selalu ingin menerapkan pakan ternak mencontoh budaya dan tehnologi mereka? Lalu selalu dianggap mereka lebih maju dari kita. Dalam beberapa hal mungkin ada benarnya. Tetapi dengan memaksakan bahwa tehnologi mereka semuanya benar dan cocok, itu tidak benar sama sekali.

Contoh nyata dari hal ini adalah kegagalan introduksi sapi ras atau impor yang dipaksakan ke masyarakat yang ternyata banyak yang gagal karena kurang pakan karena beda sistim budi daya dari ekstensif menjadi intensif.

Semoga dapat menjadi pelajaran yang baik bagi para perumus kebijakan bahwa Cowboy itu beda dengan pekatik walakin sama sebagai perawat hewan.

Editor :Rizal Fauzi

Bagikan Artikel

Terpopuler_______

Scroll to Top