“Peningkatan kecepatan angin dari utara Indonesia hingga melintasi ekuator melalui Selat Karimata yang mengindikasikan aktivitas Cross Equatorial Northerly Surge (CENS),” katanya.
Kondisi lainnya yang disinyalir menjadi pemicu cuaca ekstrem, yakni potensi pembentukan pusat tekanan rendah di Samudra Hindia Barat Daya hingga selatan Jawa dan Australia bagian utara.
“Dapat memicu terbentuknya pola pumpunan dan perlambatan angin di Indonesia bagian selatan,” tambah Guswanto.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat atau angin kencang berlangsung pada periode 11-14 Februari 2024.
“Artinya bukan hanya 1 Ramadan 1445 H, cuaca ekstrem masih menghantui sejumlah wilayah selama hari-hari awal puasa wajib bagi Muslim,” pungkasnya.***