Kamis, 5 Desember 2024
Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Trek-trekan Motor Sudah Basi, Tren Balap Lari Liar Melanda Anak SMA

Mohamad Yusuf Fadilah

| Senin, 14 September 2020

| 01:00 WIB

EKBISBANTEN.COM – Sebuah video viral dari Cileungsi, Kabupaten Bogor, memperlihatkan keriuhan lomba balap lari malam hari di sebuah jalan raya. Dihadiri puluhan penonton yang kebanyakan remaja tanggung, terlihat kemeriahan suasana yang bikin penasaran, tak kalah dari atmosfer trek-trekan. Bahkan, rasanya balapan motor liar terasa ketinggalan zaman melihat betapa edgy para peserta lomba lari swadaya ini.

[adrotate group="5"]

Mengulik sebentar, kita langsung mendapati fakta acara serupa menjamur ke banyak daerah di Indonesia. Mulai dari Cikarang, Karawaci, Kranji, Kalisari, Depok, Tangerang Selatan, Bogor, Yogyakarta, sampai Palembang dan Padang.

Ada satu hal yang pastinya bakal menarik perhatian siapapun. Promosi acara sekaligus cara penyelenggara mencari lawan kocak banget. Profil pelari yang dibagi ke media sosial dibuat sekomikal mungkin. Selain ngasih tahu berat badan dan tinggi badan, dijelaskan juga rokok apa yang peserta isap, dan bagaimana kondisi betis pelari. Kayak beberapa contoh ini:

Balap Liar

Dikutip dari VICE salah satu pelari yang aktif di balap lari liar di Kota Bekasi Amar berusia 18 tahun dan duduk di kelas 3 SMK. Sampai saat ini Amar diklaim belum terkalahkan di daerahnya.

Keterlibatan awal Amar bermula dari iseng-iseng meladeni tantangan kawan untuk adu lari. Tantangan tersebut datang, setelah dia dan kawan-kawan mengetahui ada komunitas yang kerap mengadakan lomba tersebut.

“Padahal kan cuma balap lari. Saya pikir ya enggak bakal ada yang nonton juga kan. Tahu-tahunya di luar dugaan. Jadi [sekarang] banyak yang ngajakin. Pada nge-chat minta telepon buat ngajak balapan,” kata Amar.

Lumrahnya cara kerja adu ketangkasan jalanan, Amar menjelaskan ada figur “bos” yang siap merekrut dan membiayai para pelari.

“Pembagian [uang hadiah] 60-40 kalau menang. Kalau kalah lari ya enggak dapat apa-apa. Tapi, kalau ada bos, mungkin tetap dikasih buat makan sama bensin capeknya dia [pelari],” tambah Amar. “Yang mau ngebosin banyak. Tapi kalau masih bisa saya urus sendiri, ya sendiri.”

Sekali menang bertanding, ia mengaku bisa mendapatkan uang lebih dari Rp1 juta. Perputaran uang dalam sekali kegiatan lomba berbeda-beda tiap daerah. Di Cibitung, kata Amar patungan total balap lari bahkan sempat mencapai Rp9 juta.

Kota Bekasi disebut Amar sebagai satu daerah awal yang mengawali subkultur ini. Karenanya, VICE menghubungi admin akun instagram @infobalaplari100m yang kerap berbagi info seputar dunia balap lari liar di Bekasi Utara dan Tambun, Jawa Barat.

Berikut obrolan saya dengan Fajar Budimanto, pemuda 18 tahun yang berperan di balik kuatnya penyebaran informasi balap lari liar di media sosial.

Fajar Budimanto: Nama “Balap Lari Liar” diambil dari tempat larinya aja yang di jalan raya. Jarak lari dari start sampai finish itu 100 meter.

Dari mana ide awalnya?
Awalnya sih kami iseng-iseng aja. Eh, makin ke sini makin ramai dan meluas. Awalnya ada teman iseng-iseng bikin pamflet lomba lari gitu, “M vs N”. Terus share di WhatsApp, terus malah jadi rame.

Berarti semuanya berawal dari Bekasi?
Yang saya tahu sih yang paling awal kayaknya Bekasi. Nah, baru [setelah itu] Cileungsi meledak juga dia. Rame juga daerah dia.

Emang kapan pertama kalian bikin balapan?
Kalau enggak salah pertama kali itu bulan Maret 2020 pertengahan kayaknya. (*/Raden/VICE)

]]>

Editor :Rizal Fauzi

Bagikan Artikel

Terpopuler_______

Scroll to Top