Hal itu ia sampaikan pada sambutannya di acara Pencanangan Piloting Siap Qris dan Launching Retribusi Pasar Baru Kranggot, Kamis 16 Desember 2021.
Menurutnya, hal pertama adalah mengembangkan kerjasama antar daerah dengan mengantisipasi beberapa komoditas di Kota Cilegon yang mengalami kelangkaan.
“Mengingat beberapa komoditas volatile food di Banten ini termasuk Cilegon juga mengalami kelangkaan, sehingga upaya kerjasama antar daerah ini menjadi salah satu opsi kami untuk melakukan stabilisasi harga,”
Diketahui, komoditas volatile food tersebut meliputi cabai, beras, bawang putih, bawang merah dan daging merupakan komoditas yang harganya sering bergejolak di Indonesia.
Selanjutnya, cara untuk mengendalikan inflasi, dikatakan Erwin, dengan mendorong pembentukan urban farming demi ketahanan pangan di Kota Cilegon.
“Dengan melihat karakteristik Kota Cilegon, upaya untuk membangun ketahanan pangan barangkali bisa dikerjasamakan melalui pembentukan urban farming dan juga kita mendorong petani- petani milenial,” ujarnya.
Yang terakhir, Erwin mengatakan penggunaan teknologi juga diklaim mampu mengendalikan inflasi. Pasalnya, hampir setiap lini ekonomi saat ini sudah beralih dari transaksi manual kepada transaksi digital.
“Yang ketiga adalah digitalisasinya jangan sampai dilupakan. Digitalisasi dalam sisi produksinya, dalam sisi pemasaran, pun dalam sisi transaksi pembayarannya,” katanya.
Terlebih, Erwin menyebutkan penggunaan QR Code Indonesian Standard (QRIS) yang merupakan aplikasi pembayaran yang dikembangkan oleh BI dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia, akseptasinya sudah cukup besar.
“Akseptasinya sudah cukup besar yaitu mencapai sekitar 875.000 merchant dan ini menempatkan provinsi Banten sebagai provinsi terbesar kelima di Indonesia yang sudah mengadopsi QRIS dan 70 persennya itu diadopsi oleh para UMKM, ini sebuah kebanggaan bagi kita semua,” tutupnya.***
]]>