JAKARTA, EKBISBANTEN.COM – Kantor Otoritas Jasa Keuangan Jabodebek dan Provinsi Banten (KOJT) menilai stabilitas sektor jasa keuangan di wilayah Jakarta dan Banten relatif stabil dan kontributif terhadap pertumbuhan perekonomian regional.
Hal ini tercermin dari pertumbuhan sektor jasa keuangan yang positif dengan profil risiko dan likuiditas yang memadai.
Perkembangan Pasar Modal Regional
Aktivitas investor Pasar Modal di DKI Jakarta dan Banten mengalami pertumbuhan positif. Jumlah investor di DKI Jakarta mengalami pertumbuhan 13,10 persen yoy menjadi 1,62 juta Single Investor Identification (SID) pada Juni 2024. Selain itu, perkembangan investor Banten mengalami pertumbuhan 12,03 persen yoy menjadi 776 ribu SID pada Juni 2024.
Nilai transaksi bulanan saham oleh investor di Jakarta dan Banten juga mengalami pertumbuhan yang positif. Di DKI Jakarta, nilai transaksi saham tumbuh sebesar 38,14 persen yoy menjadi senilai Rp175,72 Triliun pada bulan Juni 2024, sedangkan nilai transaksi bulanan saham oleh investor di Banten mengalami pertumbuhan sebesar 53,98 persen yoy menjadi senilai Rp14,68 Triliun pada Juni 2024.
BACA: OJK CABUT IZIN USAHA PT BPR NATURE PRIMADANA CAPITAL
Perkembangan Sektor Perbankan Regional
Kredit Bank Umum pada Juli 2024 di Jakarta tumbuh 15,34 persen yoy menjadi Rp3.794,76 triliun, sedangkan kredit/pembiayaan BPR dan BPRS naik 8,28 persen yoy menjadi Rp3,90 triliun pada Juli 2024.
Secara yoy, nilai kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi Bank Umum di Jakarta masing-masing sebesar 16,83 persen, 14,26 persen, dan 13,20 persen. Sementara itu, penghimpunan dana Bank Umum tumbuh 7,58 persen yoy menjadi Rp4.552,10 triliun pada Juli 2024 sementara penghimpunan dana BPR dan BPRS naik 7,02 persen yoy menjadi Rp4,75 triliun.
Kredit Bank Umum pada Juli 2024 di Banten tumbuh 7,63 persen yoy menjadi Rp203,96 triliun, sedangkan kredit/pembiayaan BPR dan BPRS naik 15,96 persen yoy menjadi Rp6,80 triliun. Secara yoy, kredit modal kerja di Banten terkontraksi -5,27 persen, sedangkan kredit investasi, dan konsumsi tumbuh masing-masing sebesar 17,27 persen, dan 13,97 persen.
Berikutnya, penghimpunan dana Bank Umum di Banten tumbuh sebesar 9,66 persen yoy menjadi Rp280,80 triliun pada Juli 2024 dan penghimpunan dana BPR dan BPRS tumbuh 13,07 persen yoy menjadi Rp5,79 triliun.
Kualitas kredit perbankan masih terjaga dengan rasio NPL gross Bank Umum sebesar 1,89 persen di Jakarta dan 2,09 persen di Banten, sedangkan rasio NPL gross BPR dan BPRS di Jakarta adalah 13,13 persen dan di Banten sebesar 10,51 persen.
Dukungan Bank Umum terhadap pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Jakarta melalui kredit tumbuh 0,45 persen yoy menjadi Rp218,02 triliun pada Juli 2024. Selain itu, kredit UMKM di Banten tumbuh sebesar 7,37 persen yoy menjadi Rp38,98 triliun.
Kemampuan debitur di wilayah Jakarta dan Banten pasca pandemi COVID-19 terus menunjukkan perbaikan. Hal tersebut tercermin dari terus menurunnya jumlah Kredit yang direstrukturisasi, masing-masing turun 11,12 persen yoy menjadi Rp274,31 triliun pada Juli 2024 (Jakarta) dan turun 24,13 persen yoy menjadi Rp27,83 triliun pada Juli 2024 (Banten).
OJK menilai bahwa kondisi perbankan Indonesia saat ini memiliki daya tahan yang kuat (resilient) dalam menghadapi dinamika perekonomian dengan didukung oleh tingkat permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai dan manajemen risiko yang baik. Oleh sebab itu, pada 31 Maret 2024, OJK telah mengakhiri kebijakan stimulus restrukturisasi kredit Perbankan sebagai dampak pandemi COVID-19.
Perkembangan Sektor Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) Regional
IKNB di Jakarta tumbuh positif dengan piutang pembiayaan mengalami peningkatan sebesar 6,05 persen yoy dari sebesar Rp87,5 triliun pada Juli 2023 menjadi sebesar Rp92,8 triliun pada Juli 2024. Pertumbuhan piutang pembiayaan tersebut diiringi oleh
peningkatan kualitas pembiayaan dengan non-performing financing (NPF) yang turun menjadi sebesar 3,78 persen dan masih terjaga di bawah threshold sebesar 5 persen.
Sementara itu, perusahaan pembiayaan mencatatkan pertumbuhan piutang pembiayaan di Banten sebesar 13,72 persen yoy dari sebesar Rp29,36 triliun pada Juli 2023 menjadi sebesar Rp33,38 triliun pada Juli 2024 dengan kualitas pembiayaan atau NPF sebesar 2,60 persen yang masih terjaga di bawah threshold sebesar 5 persen.
Kinerja fintech peer to peer (P2P) lending di Jakarta berdasarkan data outstanding pinjaman atau jumlah pinjaman beredar mengalami pertumbuhan sebesar 6,83 persen yoy, dengan kualitas pinjaman atau TWP 90 (Juni 2024) untuk Jakarta sebesar 3,51 persen. Sedangkan di Banten, outstanding pinjaman mengalami pertumbuhan sebesar 19,28 persen yoy dengan TWP 90 (Juni 2024) sebesar 2,38 persen.
Jumlah penerima pinjaman yang aktif di Jakarta mengalami penurunan sebesar -4,41 persen yoy dari 2,38 juta entitas pada Juni 2023 menjadi 2,27 juta entitas pada Juni 2024. Sementara itu, jumlah penerima pinjaman yang aktif di Banten turut mengalami penurunan sebesar -11,28 persen yoy dari 1,52 juta entitas pada Juni 2023 menjadi 1,35 juta entitas pada Juni 2024.
Perkembangan Buy Now Pay Later Regional
Produk kredit buy now pay later (BNPL) terus mencatatkan pertumbuhan positif. Per Juli 2024, terdapat 2,06 juta dan 1,26 juta entitas yang menjadi debitur kredit BNPL dari Perbankan di Jakarta dan Banten. Kedua angka ini tumbuh masing-masing sebesar 28,02 persen dan 40,47 persen yoy. Sementara itu, terdapat 1,15 juta dan 818 ribu entitas debitur kredit BNPL dari sektor non-bank, atau tumbuh sebesar 8,66 persen dan 12,51 persen dari posisi yang sama pada tahun sebelumnya.
Pada posisi Juli 2024, baki debet kredit BNPL dari Perbankan di DKI Jakarta tumbuh 26,38 persen yoy menjadi sebesar Rp2,8 Triliun, sedangkan baki debet BNPL dari Non- Bank tumbuh 11,87 persen yoy menjadi sebesar Rp0,9 Triliun. Selanjutnya, baki debet kredit BNPL dari Perbankan di Banten per Juli 2024 tumbuh 43,10 persen yoy menjadi sebesar Rp1,47 Triliun, sedangkan baki debet BNPL dari Non-Bank di Banten tumbuh 12,10 persen yoy menjadi sebesar Rp0,45 Triliun.
Risiko kredit untuk BNPL Perbankan di Jakarta pada bulan Juli 2024 turun ke level 2,42 persen (Juni 2024: 2,76 persen), sedangkan risiko kredit untuk BNPL dari Non- Bank turun ke level 2,76 persen (Juni 2024: 3,14 persen). Di Banten, risiko kredit untuk BNPL Perbankan turun ke level 2,28 persen (Juni 2024: 2,62 persen), sedangkan
risiko kredit untuk BNPL dari Non-Bank turun ke level 2,56 persen (Juni 2024: 2,90 persen).
Perkembangan Edukasi dan Pelindungan Konsumen Regional
Dalam rangka meningkatkan tingkat literasi keuangan masyarakat di Jakarta dan Banten, KOJT bersama stakeholders terkait lainnya secara rutin menyelenggarakan kegiatan edukasi keuangan.
Sampai dengan tanggal 4 September 2024, KOJT telah melaksanakan 17 kegiatan edukasi keuangan, dimana di sepanjang tahun 2024, KOJT akan melaksanakan 24 kegiatan edukasi yang ditargetkan kepada masyarakat daerah 3T (Terdepan/Terluar/ Tertinggal), petani dan nelayan, penyandang disabilitas, pelaku UMKM dan pelajar/santri. Pada bulan Agustus 2024, KOJT telah melaksanakan kegiatan edukasi keuangan kepada 100 orang petani dan nelayan di Kabupaten Lebak.
Selain itu, dalam KOJT juga senantiasa membuka layanan konsumen berupa penerimaan pengaduan dan pemberian informasi riwayat kredit/pembiayaan secara online maupun offline. Sampai dengan 4 September 2024, KOJT telah menerima 93 layanan pengaduan dan 2.378 permintaan informasi Debitur.
Perkembangan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD)
Dalam rangka meningkatkan tingkat inklusi keuangan masyarakat di Jakarta dan Banten, KOJT bermitra dengan Pemerintah Daerah melalui Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD), di mana seluruh Kota/Kabupaten di Jakarta dan Banten telah membentuk TPAKD.
Secara garis besar, terdapat empat program utama yang diimplementasikan oleh masing-masing TPAKD di Jakarta dan Banten, antara lain program Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR), program pemberdayaan UMKM, Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI) dan Green Economy.