PANDEGLANG, EKBISBANTEN.COM – Matahari sudah di atas ubun-ubun saat kami tiba di Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung yang berada di Kampung Cikadu Endah Desa Tanjung Jaya Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang Banten, Rabu, 11 Januari 2023.
Bau lilin atau malam langsung menyengat hidung saat kami memasuki gerbang sanggar. Meski belum selesai direnovasi, tidak menyurutkan para perajin bergerombol membentuk dua kelompok melukis kain putih dengan lilin panas dari canting-canting di tangan mereka. Seorang pemuda yang sedang mengecap menghampiri.
Namanya Amsari, dulu saat pertama kali sanggar ini didirikan 2015 lalu, ia masih duduk di bangkus SMA dan salah satu warga belajar di Sanggar Batik Cikadu. Kini ia didapuk menjadi kepala sanggar.
Dikatakan Amsari, kini Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung tak hanya menjadi pusat produksi batik khas Pandeglang saja, namun juga menjadi destinasi baru sebagai pusat wisata budaya dan pendidikan.
Tak heran dalam beberapa bulan ini, pengunjung tak lagi didominasi wisatawan, namun juga pelajar baik TK, SD, SMP maupun SMA.
Dengan diantar oleh guru-gurunya, ratusan pelajar sudah datang dan berlatih di sanggar yang berada di Kampung Cikadu Indah Desa Tanjung Jaya Kecamatan Panimbang tersebut.
“Untuk warga dan pelajar di sini, membatik kini tidak lagi asing. Ditambah lagi membatik menjadi salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya masing-masing,” kata Amsari.
Senada dikatakan Ketua Yayasan Widya Wastra Nuswantara, Minhatul Ma’arif. Yayasan Widya Wastra merupakan lembaga yang menaungi Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung.
Perempuan yang biasa dipanggil Mia tersebut menjelaskan bahwa pada dasarnya masyarakat Banten tidak memiliki tradisi membatik.
Namun setelah batik ditetapkan oleh UNESCO bahwa batik sebagai warisan Indonesia untuk dunia, mau tak mau kegiatan membatik harus menjadi bagian dari budaya kita, termasuk masyarakat Pandeglang.
Ditambah lagi, kata Mia, ada tiga ekstrakurikuler yang wajib diikuti pelajar di Banten yakni pencak silat, rampak bedug dan membatik.
“Alhamdulillah sekarang banyak pelajar dari berbagai sekolah yang praktek membatiknya di Sanggar Batik Cikadu,” katanya.
Tak hanya itu, sambung Dosen STKIP Syekh Manshur tersebut, mahasiswa dan dosen dari berbagai perguruan tinggi juga tak sedikit yang menjadikan Sanggar Batik Cikadu sebagai objek penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
“Tentu saja kehadiran dosen dan mahasiswanya sangat bermanfaat bagi sanggar karena banyak dosen yang dapat membantu dalam menyelesaikan permasalahan terkait manajemen SDM, manajemen keuangan, limbah batik, pemasaran, pengemasan, display media sosial, dan lain sebagainya,” ujarnya.
Lebih lanjut Minhatul menambahkan, Sanggar Batik Cikadu mendukung merdeka belajar dan kampus merdeka sehingga sangat terbuka bagi mahasiswa dan dosen yang mau melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat.
Dengan begitu ia berharap setelah dosen-dosen tersebut melihat langsung beragam permasalahan yang ada di Batik Cikadu, selanjutnya dapat mengirimkan mahasiswa bimbingannya untuk membatu menyelesaikan permasalahan tersebut.***