Minggu, 8 September 2024
Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Rupiah Melemah, OJK: Dapat Memberikan Dampak Positif

Budiman

| Jumat, 19 April 2024

| 18:00 WIB

Ilustrasi Rupiah melemah. Foto:Natee Leedisyakorn/Istockphoto.com.

EKBISBANTEN.COM-Nilai tukar rupiah spot terus melemah di perdagangan hari ini. Dalam pantauan per hari Jumat (19/4), rupiah spot ditutup di level Rp 16.260 per dolar Amerika Serikat (AS).

Hal ini membuat rupiah melemah 0,49 persen dibandingkan penutupan hari sebelumnya Rp 16.179 per dolar AS.

Kendati demikian, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut melemahnya nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini dapat memberikan efek positif terhadap ekspor komoditas dan turunannya.

Melemahnya rupiah diharapkan dapat mengimbangi penarikan dana non-residen dan mendorong industri dalam negeri untuk meningkatkan penggunaan komponen dalam negeri dalam proses produksinya.

Untuk membuktikan hal itu, OJK melakukan uji ketahanan (stress test) secara rutin terhadap perbankan dengan menggunakan beberapa variabel skenario makroekonomi dan mempertimbangkan faktor risiko utama yaitu risiko kredit dan risiko pasar.

“OJK senantiasa melakukan pengawasan secara optimal untuk memastikan bahwa berbagai risiko akibat pelemahan nilai tukar maupun suku bunga yang relatif tinggi terhadap masing-masing bank termitigasi dengan baik,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae, Jumat (19/4/2024).

OJK juga meminta bank untuk selalu melakukan pemantauan terkait potensi dampak transmisi dari perkembangan perekonomian global dan domestik terhadap kondisi bank dan melakukan langkah mitigasi yang diperlukan.

Sedangkan penyebab keoknya rupiah terhadap dolar AS, kata Dian, yakni kebijakan suku bunga high for longer yang masih berlanjut di tengah kuatnya perekonomian AS.

“Namun bersamaan dengan laju inflasi AS yang masih cukup jauh dari target 2 persen,” tuturnya.

Hal tersebut, lanjut Dian, diperkuat oleh pernyataan The Fed yang belum akan terburu-buru menurunkan suku bunga dan akan terus melihat perkembangan data-data perekonomian ke depan.

Dian menilai, rupiah keok disebabkan juga oleh tensi geopolitik yang meningkat di Timur Tengah setelah konflik langsung Iran dengan Israel yang menyebabkan kekhawatiran akan terjadinya perang yang makin meluas.

“Dapat membebani perekonomian dunia terutama dari kenaikan harga komoditas energi dan mineral utama serta kenaikan biaya logistik seiring terganggunya jalur perdagangan utama akibat konflik di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina,” jelas Dian.

“Peningkatan tensi geopolitik dan ketidakpastian global ini menyebabkan dolar AS yang merupakan salah satu safe haven asset terus diburu para pelaku pasar dan mendorong penguatannya lebih lanjut,” tutup Dian.

Editor :Rizal Fauzi

Bagikan Artikel

Terpopuler_______

Scroll to Top