Jumat, 27 Desember 2024
Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Pemerhati Pembangunan Sebut Beasiswa LPDP Perlu Dibenahi

| Sabtu, 3 Oktober 2020

| 18:39 WIB

EKBISBANTEN.COM – Pemerhati Perencanaan Pembangunan Nasional Syahrial Loetan, mendorong Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk melakukan disain ulang atau redesign terhadap kontrak-kontrak yang diberlakukan kepada seluruh penerima beasiswa-nya atau awardee LPDP.

[adrotate group="5"]

Ketajaman analisis terhadap kebutuhan bangsa di masa depan menjadi suatu keharusan yang dikedepankan dalam pemberian beasiswa.

“Kini saatnya, LPDP untuk me-redesign kontrak dengan para awardee-nya,” ujar dia saat webinar series-2 yang diadakan secara daring oleh Institute of Public Communication, Sabtu (03/10/2020). 

Institute of Public Communication digagas para awardee dan alumni LPDP yang memfokuskan diri pada pembelajaran komunikasi publik di masyarakat Indonesia.
Menurut dia, redesign kontrak menjadi krusial dilakukan mengingat tingginya kebutuhan bangsa akan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang memahami arah pembangunan.

Sebagai contoh, kata dia, banyak mahasiswa Indonesia yang lulus namun ilmunya kurang bermanfaat bagi pembangunan. Akibatnya, berujung pada penciptaan pengangguran terdidik.

“Padahal dana pembiayaan negara untuk beasiswa masyarakat sudah terkuras besar, sementara pada sisi hilirnya tidak terserap optimal. Jadinya semakin menambah pengangguran terdidik yang semakin besar,” katanya.

Di sisi lain, tambah Sekretaris Utama Bappenas periode tahun 2005-2011 ini, kualitas tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri secara rata-rata tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sehingga daya saing TKI cukup rendah dibanding tenaga kerja negara lain.

Substansi Redesign

Syahrial menerangkan, paling tidak ada tiga substansi dari usulan redesign kontrak LPDP dengan awardee-nya. Pertama, LPDP harus pro aktif menawarkan alumninya kepada daerah maupun industri yang tersebar di wilayah Indonesia. Sehingga LPDP benar-benar menjadi sumber penyediaan SDM unggul dan terampil yang dimiliki bangsa Indonesia.

Contohnya, kata dia, LPDP dapat menjalin kerjasama dengan seluruh Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menerima alumninya berkarya membangun daerah asal awardee.

Tentu saja tidak semua alumni bisa ataupun tidak mau disalurkan ke pemerintahan, sehingga LPDP juga bisa menyediakan alumninya untuk membangun daerah melalui karya nyata di sektor swasta.

Jangan menunggu ada permintaan dulu, tetapi harus pro aktif menawarkan alumninya di seluruh wilayah Indonesia.

“Sehingga, setiap alumni LPDP dapat dipastikan berkarya sesuai bidang yang tepat dan optimal. Kan kalau alumninya tidak bekerja optimal, tentu LPDP juga malu ya,” ungkap dia.

Kedua, LPDP harus melakukan screening terhadap seluruh alumninya dengan kualifikasi yang dimiliki. Sehingga penentuan kebutuhan pembangunan melalui kualifikasi SDM unggul dan terampil, memang telah dipersiapkan dengan perencanaan matang. Screening harus dilakukan segera dan fokus oleh pimpinan LPDP, agar apa yang menjadi cita-cita pendiri bangsa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dapat terwujud optimal.

Saat ini, kata dia, cukup banyak skill untuk meramalkan hal-hal apa saja yang akan dibutuhkan dalam 5-10 tahun kedepan. Sehingga pemberian beasiswa LPDP memang telah diperuntukkan secara matang dan penuh perencanaan, hanya pada sektor-sektor prioritas di masa depan.

“Jadi tidak sekedar memberikan beasiswa tanpa perencanaan matang, apalagi anggaran negara yang dialokasikan sebesar 20% sebenarnya bukan anggaran yang besar juga. Karena itu, harus dioptimalkan pada sektor-sektor yang benar-benar dibutuhkan kedepannya,” terang dia.

Ketiga, LPDP juga harus membuka diri untuk mempersilahkan alumninya berkontribusi bagi Indonesia meski bekerja di negara lain. Tentunya jika hal itu memang sangat dibutuhkan oleh negara lain. Misalnya, kata dia, ada awardee LPDP studi di luar negeri pada jurusan antariksa yang belum dikenal luas di Indonesia. Selepas studinya, jika ia ditawarkan untuk bekerja di negara itu, maka sebaiknya LPDP harus terbuka mengijinkan alumninya itu berkarya di luar negeri.

Sebab dengan bekerja di luar negeri, terang dia, maka Indonesia akan mendapatkan 2 keuntungan besar. Pertama, nama harum Indonesia akan tersiar karena memiliki putra/putri terbaiknya bekerja pada bidang unik di luar negeri. Lalu kedua, tentu saja dari sisi ekonomi, keluarga alumni itu juga akan mendapatkan peningkatan perekonomian melalui pengiriman gajinya dari luar negeri ke Indonesia.

“Jadi kita sangat diuntungkan, apalagi jika memang Indonesia belum memiliki bidang studi unik tersebut,” papar dia.

Usulan Konstruktif
Syahrial menambahkan, poin screening dan bekerja di luar negeri sesungguhnya saling terkait. Sebab jika LPDP berhasil memprediksi kebutuhan bidang profesi yang dibutuhkan negara pada 5-10 kedepan secara baik, maka peluang bidang studi unik dapat dikembangkan di Indonesia. Sehingga alumni LPDP yang studi tentang hal-hal unik diluar negeri, dapat berkarya di dalam negeri pada bidang yang memang telah direncanakan jauh sebelumnya.

“Namun jika memang belum ada, ya harus terbuka untuk mengijinkan alumni berkarya di luar negeri. Yang penting adalah, sembari mengijinkan, maka kini saatnya LPDP harus mempersiapkan bidang dan sektor apa saja yang memang sangat dibutuhkan dalam pembangunan negara kita. Sebab sebenarnya, narasi berkontribusi harus juga dimaknai secara tepat, tidak sepihak,” tegas dia.

Ia menambahkan, di tengah pandemi Covid-19 saat ini, maka peluang LPDP untuk mampu meramalkan kebutuhan SDM-nya di masa mendatang semakin menghadapi tantangan serius. Karena itu dibutuhkan keseriusan untuk memenangkan kondisi ini dengan mempersiapkan SDM unggul dan terampil di masa mendatang.

“Intinya, kontrak LPDP dengan awardee-nya kami dorong untuk di-redesign, sehingga menghasilkan SDM-SDM terbaik sesuai bidang yang sangat dibutuhkan Indonesia. Melalui LPDP, kita harus bisa menang dalam menyiapkan aspek-aspek pembangunan bangsa,” tandas Syahrial. (*/Raden)
 

]]>

Editor :Rizal Fauzi

Bagikan Artikel

Terpopuler_______

Scroll to Top