Minggu, 24 November 2024
Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Menkes Ungkap Penelitian Penyebab Gagal Ginjal Akut Akan Segera Dirilis

Mohamad Yusuf Fadilah

| Sabtu, 5 November 2022

| 08:59 WIB

EKBISBANTEN.COM – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, pihaknya bersama Universitas Indonesia saat ini tengah melakukan penelitian penyebab gagal ginjal akut. Menurut rencana, penelitian ini akan selesai dalam 1 bulan ke depan.

[adrotate group="5"]

“Untuk lengkapnya kita sekarang sedang jalan, dipimpin oleh Prof Irawan dari FKM UI. Kita harap 2 minggu sampai 4 minggu ke depan, itu bisa selesai,” katanya dilansir dari kompas, Jumat (4/11).

Budi mengatakan terdapat 5 penyebab gagal ginjal akut (acute kidney injury/AKI) menurut penelitian para ahli.

Penyebab terbesar yang membuatnya yakin karena intoksikasi (keracunan) dari obat sirup yang mengandung cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG), maupun EG dan DEG murni.

“Ahli-ahli menyampaikan ada 5 penyebab AKI. (80 persen karena obat), persentasenya itu belum pasti. Tapi yang kita lihat faktanya begitu, kita larang obat langsung turun drastis,” tambahnya.

Budi menjelaskan, salah satu dari lima penyebab gagal ginjal akut merupakan faktor dalam kategori tidak bisa dikontrol.

Yakni kelainan genetik atau penyakit bawaan. Lalu, dua faktor lainnya mampu dipantau oleh orang tua yakni dehidrasi luar biasa dan kehilangan darah dalam jumlah besar.

Selanjutnya, dua faktor lain yang paling mungkin adalah karena infeksi bakteri, virus, atau parasit. Serta intoksikasi (keracunan).

Kendati demikian, saat melakukan tes patologi untuk mencari infeksi tersebut, pihaknya tidak menemukan jenis bakteri yang mendominasi pasien.

“Ada yang bilang, Pak, ini bisa disebabkan bakteri leptospirosis. Kita sudah tes di 34, yang pertama leptospirosis-nya 0 persen,” ungkap Budi.

Selain leptospirosis, penyebab infeksi virus yang paling dominan adalah virus influenzae. Akan tetapi, pihaknya juga tidak menemukan keterkaitan virus influenza yang menyebabkan kerusakan ginjal.

“Kita sudah tes virus, yang paling banyak ada di anak-anak ini adalah virus influenza. Tapi enggak mungkin virus influenza bisa turun ke ginjal,” ujarnya.

Lebih lanjut Budi menjelaskan, penyebab paling mungkin adalah keracunan obat sirup yang mengandung zat kimia berbahaya. Hal tersebut diperkuat dengan membaiknya pasien ketika diberikan obat penawar (antidotum) Fomepizole.

“Obatnya kita sudah kasih Fomepizole, ini obat yang khusus kalau disebabkan oleh toksikologi bukan oleh parasit. Buktinya langsung sembuh. Jadi itu yang membuat yakin bahwa faktor risiko yang paling besar sudah pasti obat-obatan,” terang Budi.

Selain itu, pemeriksaan juga menemukan sekitar 70 persen pasien memiliki senyawa kimia berbahaya dalam darah dan air seni. Bukti lainnya, obat-obatan sirup yang dinyatakan tidak aman oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ditemukan di rumah-rumah pasien.

“Jadi kita sampai sekarang kesimpulan kita adalah kecil sekali faktor risiko di luar obat-obatan. Jangan kemudian kita jadi ragu seakan-akan ada penyebab lain yang signifikan. Kita sudah tes tidak. Jangan sampai ragu bahwa obat-obatan ini merupakan faktor risiko paling besar supaya publik juga tidak bingung,” pungkasnya.

Diketahui, saat ini terdapat 323 kasus gagal ginjal akut yang terjadi pada anak hingga 3 November 2022. Dari jumlah tersebut total pasien meninggal mencapai 190 anak.

Sementara kasus gagal ginjal akut terbanyak terjadi di Jakarta dan Jawa Barat.*

]]>

Editor :Rizal Fauzi

Bagikan Artikel

Terpopuler_______

Scroll to Top