“Karena meskipun vaksin itu sudah datang ke Indonesia tapi kita belum tahu nih cara distribusi yang baik dan benar (tata kelolanya),” kata Leo dalam Seminar Kebangsaan Series Bigs Millenials dengan tema “Outlook 2021 Banten – Indonesia” melalui aplikasi zoom, Senin (28/12).
Turut hadir sebagai narasumber, Direktur Riset Arus Publik Indonesia (API) Feri Kurniawan, Akademisi STISIP Setia Budhi sekaligus Pengamat Kebijakan Publik Harits Hijrah Wicaksana, dan Direktur Eksekutif BIGS Millenial Ahmad Daelami.
Leo menanyakan, apakah vaksin yang sudah disediakan pemerintah akan didistribusikan ke daerah-daerah terpencil dahulu atau kepada ke tenaga kesehatan.
“Atau kepada mereka yang berusia lanjut dahulu atau seperti apa?,” ungkap Leo.
Apalagi kata Leo, proses pendistribusian vaksin masih menunggu perizinan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
“Karena BPOM adalah lembaga yang memberikan izin edar di Indonesia terhadap beberapa obat-obat yang diimpor dari luar negara,” katanya.
Untuk itu Leo meminta kepada pemerintah agar proses penyaluran vaksin virus korona dilakukan sebaik mungkin agar tidak bocor ke pasar gelap.
“(Sebab) tata kelola vaksin ini saya kira menjadi tugas yang berat karena akan ada kemungkinan (bocor) ke pasar-pasar gelap. Karena kita tahu semakin hari virus korona ini menjadi semakin bermutasi. Dan ketika dia bermutasi maka dia akan semakin adaptif terhadap virus itu,” katanya.
Maka dari itu lanjut Leo, tidak heran vaksin-vaksin yang baru itu akan membunuh atau memakan virus yang lama tapi tidak melemahkan virus yang baru.
“Ini yang kemudian akan membuat pasar-pasar gelap vaksin semakin hari merebak. Apalagi pintu masuk ke Indonesia itu sangat lebar dan luas,” katanya.