Namun, hal berbeda dilakukan oleh dokter spesialis bedah Asep yang lebih memilih membangun kafe demi mensejahterakan pemuda yatim di tempatnya.
“Saya coba membuat rumah tahfiz enterpreneur agar para pemuda disini memiliki kegiatan dan belajar usaha. Awalnya cuma ada 6 orang dan saya datangkan guru ngaji dari Cianjur untuk mengajari mereka. Kemudian saya kasih mereka arahan untuk membudidaya ikan agar nantinya hasil dari budidaya tersebut bisa mereka jual maupun dikonsumsi, begitupula dengan perkebunan,” terang ayah dua anak ini kepada Ekbisbanten, di jalan Kampung Cisalam, Kecamatan Baros, Minggu (7/3).
Masih kata Asep, awal mula terbangunya Kafe Mewah ini, terinspirasi dari rekannya untuk membangun sebuah tempat usaha bernuansa ekowisata. Dengan dibantu para santrinya, Asep akhirnya resmi membuka Kafe Mewah untuk umum pada tahun 2019 akhir.
“Awalnya gak niat usaha kafe, beli mesin kopi saja yang cuma harga Rp3 jutaan dan kapasitasnya cuma 10 cap, menunya juga sederhana kaya kopi, bakwan, combro dan buka juga hanya sabtu dan minggu, tapi setelah sebulan setengah kita buka malah viral, dari situ kita mencoba lebih baik, karena kita tidak mau mengecewakan para pelanggan,” cerita Asep.
Tujuan mulia Asep dalam memberdayakan pemuda yatim dengan membangun pesantren enterprener ini, diharapkan dapat menjadikan para pemuda supaya dapat memiliki usaha sendiri kedepannya. Selain itu Asep juga berharap agar nantinya para pemuda yatim ini selain dapat memiliki usaha namun juga dapat berdakwah.
“Target visi nanti ada kostren (kos pesantren) nanti ada komunitas kecil mahasiswa nanti mereka kita wajibkan untuk kajian, semoga nantinya mereka bisa dakwah,” kata Asep.
“Harapan saya nantinya agar para pemuda ini bisa memiliki keterampilan usaha kemudian saya juga ingin membuat kostren (kos pesantren) nantinya dibuat komunitas kecil dan mewajibkan mereka untuk kajian rutin agar para pemuda ini bisa memiliki keterampilan berdakwah meski hanya satu atau dua ayat, saya juga berharap agar dapat mengumrahkan para santri ini,” sambung Asep.
Disinggung soal omset Asep mengaku dirinya tidak pernah menghitung laba penghasilan setiap bulannya, Ia juga mengaku bahwa uang hasil penjualan selain cukup untuk menggaji para karyawan juga langsung digunakan untuk mengelola kafe
“Kalo omset saya belum pernah hitung karena selalu bergulir, sekarang saya tidak pernah mikir hasil uang dari gaji dokter untuk gaji 13 kariawan karena dari hasil kafe saja sudah cukup, dan sisanya pasti langsung digunakan untuk membeli keperluan kafe,” tuturnya.
Kafe yang buka pada hari Selasa sampai Jumat mulai pukul 15.00-19.30 dan Sabtu-Minggu pukul 08.00- 20.00 WIB ini selalu ramai didatangi pengunjung, ditambah suasana pesawahan dan pemandangan matahari terbenam setiap sore hari memiliki daya tarik pengunjung setiap harinya.
Meski memiliki pemandangan yang indah tempat dengan konsep alam 80 persen outdor ini tidak semerta merta selalu asik ditempati, misalnya saja ketika hujan para pelanggan terpaksa harus mengungsi ketempat yang tertutup atau indor, meski demikian kafe yang idientik dengan kata misbar (gerimis bubar) ini merupakan ciri khas dari kafe mewah.
“Kita 80 persen itu outdor dan 20 persen indor, karena kesan alam terbuka kadang banyak yang ngatain kafe misbar, ya memang itulah ciri khasnya,” tutup Asep sambil tertawa. (Yohana)
]]>