SERANG, EKBISBANTEN.COM – Menjalankan hobi yang berhubungan dengan pekerjaan, akan terasa nyaman dan menyangkan saat dilakukan. Banyak sekali hobi yang bisa menjadi peluang penghasilan seperti menulis, foto, menggambar, mengedit video dan masih banyak lagi.
Fahrudin (30), salah satu pemuda asal Kabupaten Pandeglang terbilang sukses menjalankan hobi yang bisa mendatangkan pundi-pundi rupiah. Pasalnya, Fahdurin mampu mengantongi omset ratusan juta rupiah perbulan lewat bisnis travel yang ia gagas sejak tahun 2015.
“Omset sekarang rata-rata Rp100 juta perbulan, kalau sebelum pandemi bisa mencapai Rp250 juta,” kata Fahrudin kepada ekbisbanten.com.
Fahrudin menceritakan, bisnis travel bernama Banten Vacation Nusantara ini, ia bentuk karena hobi jalan-jalan dan ia juga melihat travel ini punya potensi yang menjanjikan.
“Awalnya, hobi bermain setelah mengelola berbagai organisasi di kampus, dan dari situ mulai ada ketertarikan karena sering ikut delegasi ke Siolo dan Jogja juga. Akhirnya saat semester akhir kuliah saya memutuskan untuk ke Kediri untuk mencari pengalaman,” ujar pria lulusan Matematika Universitas Sultan Ageng Tirtayasa tersebut.
Saat ini, Fahrudin sudah membuka banyak trip wisata ke berbagai wilayah seluruh Indonesia, seperti Malang, Raja Ampat, Jogja dan lain-lain. Serta, trip di Banten seperti Pulau Tunda, Liwungan, hingga Baduy. Harga trip yang ditawarkan bervariasi mulai dari Rp200 ribu sampai Rp5 jutaan.
Tidak hanya itu, Fahrudin juga sukses memanfaatkan sisi bisnis lainya yang tak kalah menggiurkan. Misalnya, dari trip ke Baduy ia juga memasarkan madu alam dari Baduy kepada wisatawan, dari penjualan tersebut Fahrudin juga bisa mengantongi omset Rp24-40 juta perbulan.
“Kalau sudah tahu celahnya itu enak, intinya modal utama di bisnis apapun kepercayaan, terutama terhadap karyawan. Tulang punggung ada di karyawan kita, ibarat kata karyawan ini harus bisa diandalkan, ketika ada masalah mereka bisa melakukan penanganan,” ujarnya.
Dan juga, kerjasama antar rekan bisnis yang menggeluti bidang sama harus terjalin dengan baik, supaya saling menguatkan satu sama lain.
“Ini juga bisa menjadi salah satu strategi untuk mengurangi kerugian, ketika wisatawan yang kita ajak minim, bisa dititipkan ke travel lain, atau sebaliknya. Intinya tidak menuruti ego sendiri dan terus belajar lagi,” tutup Fahrudin. ***