Senin, 23 September 2024
Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Hasil Survei: Baliho dan Spanduk Jadi Cara Kampanye yang Paling Tidak Disukai Masyarakat

Budiman

| Rabu, 24 Januari 2024

| 11:00 WIB

Ilustrasi cara kampanye. Foto via Freepik.com

JAKARTA, EKBISBANTEN.COM- Pemasangan baliho dan spanduk tak resmi menjadi cara kampanye yang paling tidak disukai masyarakat. Hal itu berdasarkan hasil survei Jakpat. 

Jakpat mengadakan survei terhadap 1.276 responden untuk mengetahui perspektif masyarakat terhadap aktivitas kampanye saat ini. Survei ini juga bertujuan untuk mengetahui preferensi politik responden secara netral tanpa memiliki asosiasi atau mendukung partai politik tertentu.

Berdasarkan survei, pemasangan baliho dan spanduk secara tidak resmi menjadi jenis kampanye yang paling tidak mereka sukai, yakni sebanyak 66 persen. 

Lalu pemasangan bendera partai di lingkungan rumah, taman, atau jalan sebesar 44 persen, pawai dengan membawa atribut kampanye 38 persen, mendatangi tokoh masyarakat untuk meminta dukungan 25 persen, hingga membagikan atribut kampanye seperti kaos, topi, stiker dan lainnya sebesar 24 persen. 

Sedangkan untuk kegiatan sosial menjadi jenis kampanye pertama yang disukai oleh responden sebanyak 61 persen, lalu jenis kampanye langsung, yaitu saat kandidat hadir di depan masyarakat sebesar 55 persen. 

Selain itu, melakukan debat dengan kandidat lain sebesar 40 persen, kampanye dengan publikasi digital seperti tv, radio, podcast, YouTube, dan lainnya di 33 persen, hingga kandidat melakukan diskusi terbatas dengan sekelompok orang sebanyak 24 persen. 

Masih dalam hasil survei, 74 persen responden mengaku mengikuti perkembangan kampanye saat ini. Lalu, mayoritas dari responden juga memperlihatkan ketertarikan mereka terhadap kampanye politik yang sedang berlangsung, dengan 68 persen Gen Z, 65 persen Milenial, dan 61 persen Gen X yang menunjukkan ketertarikan. 

Lebih lanjut, 70 persen responden memilih ingin mengetahui kualitas dari para kandidat menjadi alasan pertama ketertarikan mereka terhadap kampanye saat ini, diikuti oleh 55 persen ingin mendapatkan insight/referensi/pandangan untuk meyakinkan pilihan, dan 53 persen responden yang memilih sebagai aksi nyata dalam mendukung kemajuan bangsa Indonesia. 

Bagi mereka yang tidak tertarik dengan kampanye menunjukkan 41 persen responden memilih jika mereka tidak mau ambil pusing, lalu 39 persen tidak suka dengan hal yang berkaitan dengan isu politik, dan 30 persen responden mengaku banyak informasi atau berita negatif yang melibatkan oknum pemerintahan menjadi alasan ketidaktertarikan mereka terhadap kampanye politik saat ini. 

Head of Research Jakpat, Aska Primardi menjelaskan jika situasi kampanye saat ini dinilai berbeda oleh setiap kelompok pemilih. Bagi Gen Z, pemilu 2024 ini adalah pengalaman pertama mereka terlibat dan menggunakan hak pilih, sehingga wajar menurutnya jika mayoritas Gen Z belum memiliki keputusan final tentang siapa calon yang akan dipilih. 

Terlebih lagi mayoritas Gen Z lebih memilih media TikTok sebesar 51 persen sebagai sarana mengenal calon presiden dan calon legislatif, di mana di dalamnya ada banyak perdebatan yang mereka perhatikan. Inilah sebabnya mereka mayoritas masih galau dalam menentukan pilihannya. 

“Berbeda halnya dengan Gen X yang mayoritas sudah memutuskan siapa calon yang dipilih, karena memang Gen X sudah belajar dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya tentang para calon presiden ataupun calon legislatif,” ujarnya, Rabu (24/1/2024). 

Menurutnya, mayoritas Gen X lebih memilih media konvensional seperti TV dan radio sebagai sumber informasi kampanye, dan mereka menilai, situasi kampanye saat ini masih damai dan kondusif. 

“Dengan demikian, wajar jika Gen Z menjadi sasaran utama para caleg dan parpol, karena selain proporsi di populasi juga salah satu yang terbanyak setelah Gen Y, mayoritas Gen Z juga masih sangat terbuka dengan semua pilihan, dan masih mungkin berubah sampai di saat-saat terakhir menjelang masuk ke bilik suara di hari H pemilu,” terang Aska. 

Mengenai keputusan memilih, sebanyak 52 persen responden mempertimbangkan adanya kemungkinan berubah pikiran atau berganti pilihan setelah kampanye atau jelang pemilu, khususnya bagi Gen Z dengan 61 persen, diikuti Milenial 54 persen, dan Gen X 41 persen. 

Editor :Rizal Fauzi

Bagikan Artikel

Terpopuler_______

Scroll to Top