EKBISBANTEN.COM – Acara jelang peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2022 digelar di Kendari, Sulawesi Tengah, Senin (7/2/2022).
Dalam sambutannya, Ketua Dewan Pers Muhammad Nuh bicara mengenai fenomena metaverse. Selain itu Ia juga berharap agar insan pers menjadi mesin untuk melakukan perubahan.
“Ada satu kata yang akhir-akhir ini menjadi pembicaraan umum dan memang luar biasa yaitu omniverse maupun seringkali disebut kata metaverse. Kata metaverse atau omniverse itu kalau kita lacak ke belakang padanannya hampir sama dengan kata internet pada tahun 70-an,” katanya.
M Nuh menuturkan fenomena metaverse adalah sebuah bentuk perubahan yang bakal terjadi di kehidupan masyarakat. Karenanya, Ia meminta insan pers di Indonesia mencermati teknologi tersebut.
“Insan pers ikuti perkembangan teknologi itu larinya ke mana. Dia bisa kita jadikan sebagai guidance untuk kita melakukan perubahan-perubahan. Dan kata yang paling tidak nyaman adalah kata terlambat,” tambahnya.
Menurutnya, di tengah kemajuan pesat teknologi digital, media di Indonesia harus segera melakukan penyesuaian. Ia mengatakan penyesuaian itu dilakukan agar media tetap relevan dengan perkembangan zaman.
“Saat teknologi berkembang akhirnya mulai mengeksplor wilayah yang selama ini belum tereksplor yaitu wilayah cyber atau imajiner. Dua padanan ini antara wilayah physical space dan cyber space sekarang sudah mulai ramai,” ungkapnya.
“Sehingga barang siapa yang tidak mau mengeksplor di wilayah cyber space maka dia hanya punya satu sayap. Dia tidak akan bisa terbang bahkan bisa ditinggal. Sehingga kalau kita lihat rata-rata pertemuan media online pada satu media yang memanfaatkan cyber space ini pertumbuhannya luar biasa,” sambungnya,
Lebih lanjut M Nuh menuturkan dengan sikap terbuka dalam mengikuti perkembangan zaman, industri media di Indonesia bisa terus berkembang dan tertinggal. Ia kemudian mengajak insan media menjadi mesin untuk melakukan perubahan.
“Kalau itu bisa kita lakukan, apa yang disampaikan oleh Pak Charles Darwin, bukan yang paling kuat yang bisa bertahan bukan pula yang paling pinter yang bisa bertahan. Tapi siapa yang melakukan perubahan itu yang bisa bertahan. Kami berharap insan pers adalah insan yang melakukan perubahan itu bahkan menjadi mesin untuk melakukan perubahan itu,” pungkasnya.***







