JAKARTA, EKBISBANTEN.COM- Ketua Kesatuan Aksi Alumni Universitas Indonesia (KA2UI) Kun Nurachadijat menilai, film dokumenter Dirty Vote sebagai black campaign yang menjurus ke fitnah terhadap paslon tertentu. Hal itu terlihat dari sengaja diunggahnya film tersebut di waktu masa tenang.
“Jadi itu bukan hanya black campaign tapi itu fitnah,” tegas Kun dalam keterangannya, dikutip Selasa, (13/2/2024).
Dia menduga, film tersebut sengaja diputar sebagai bentuk propaganda dengan tujuan pembusukan terhadap calon tertentu.
“Itu kenapa ditebar di masa tenang? Kan gak fair. Demokrasi seolah-olah seperti yang diangkat film singkat “Dirty Vote”, itu framing tersendiri agar mendelegitimasi proses demokrasi yang sudah berjalan sesuai dengan undang-undang yang sah,” katanya.
Kun menjelaskan, demokrasi di Indonesia sudah berada di jalan yang benar, misalnya seperti: kebebasan berpendapat tetap terjaga, hak dipilih dan memilih bisa dijalankan sebagaimana mestinya.
“Memang demokrasi kita baik-baik saja kok, apa ukuran kurang baik-baik kondisi demokrasi kita saat ini?,” tanyanya.
Selain itu, dikatakan Kun, adanya massa yang memenuhi Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada Sabtu (10/2) lalu merupakan indikasi bahwa demokrasi kita baik-baik saja.
“Dari 200 ribu massa, menjadi 600 ribu massa, itupun terus berdatangan dan juga partai-partai pengusung paslon yang tidak sejalan dengan program pemerintah, Paslon 01 dan Paslon 03 masih bersatu bareng di kabinet bersama partai-partai Koalisi Indonesia Maju, pengusung Prabowo Gibran,” ungkapnya.
Kun juga membahas seputar deklarasi guru besar dari beberapa PTN yang mengklaim bahwa demokrasi di Indonesia sedang tak baik-baik saja.
Ia melanjutkan, hal itu telah dibahas pada Selasa (6/2) lalu, KA2UI berkumpul di Taman Lembang Jakarta yang dihadiri Alumni Lintas Fakultas dan Lintas Angkatan di UI.
Pertemuan itu telah menghasilkan pernyataan sikap dalam menanggapi dinamika politik terkini di mana banyak politisasi kampus yang terang-terangan dilakukan oleh para guru besar.
“Bahwa KA2UI patut mengulangi lagi apa yang dimaksud dengan kebebasan mimbar akademik, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 10 ayat (3) dalam PP Nomor 75/2021,” jelasnya.
KA2UI juga merespons pernyataan sekelompok orang yang menamakan diri sebagai civitas akademika Universitas Indonesia yang dibacakan oleh Prof. Harkristuti Harkrisnowo, di mana seluruh pernyataan yang diberikan sebanyak 4 poin sama sekali bukan di ruang diskusi, debat atau seminar, tetapi di sela Dies Natalis yang dihadiri berbagai kalangan.
“Penggunaan pelbagai atribut keilmuan, sekalipun itu melekat dengan pribadi masing-masing, bercampur dengan mahasiswa dan alumni dalam kegiatan itu terasa sekali jauh dari dari nuansa akademis dan nilai-nilai dasar yang menjadi visi, misi dan tujuan UI. Martabat Dies Natalis UI telah dengan sengaja dikerdilkan dengan kegiatan non akademis tersebut,” ujarnya
Lebih lanjut dalam pernyataan sikap yang dibacakan, Kun mengatakan, seluruh stakeholders, baik dalam bentuk lembaga negara, masyarakat sipil hingga partai-partai politik perlu untuk melakukan rembug nasional pasca pemilihan umum 14 Februari 2024.
“Sebelum momentum itu, diperlukan sikap mawas diri dari seluruh kalangan termasuk civitas akademika UI dalam bentuk menahan diri untuk memberikan pernyataan-pernyataan yang provokatif dan kontraproduktif bagi rakyat Indonesia”, jelasnya
KA2UI menyadari hal itu, sehingga tidak membiarkannya menjadi gelindingan bola salju atau snowball. Demi Indonesia yang tetap rukun, damai, dan santun menuju performa Indonesia Emas 2045 di atas koridor kebangsaan merah putih.
Dalam kesempatan yang sama, Koordinator KA2UI Muara Karta, juga menegaskan bahwa jelang pemilu, para civitas akademika harus pandai menahan diri.
“KA2UI menghimbau seluruh civitas akademika Universitas Indonesia, baik yang berada di kampus atau luar Kampus agar ikut serta menjaga sikap menjelang hari hari Pemilihan Umum,” ungkap dia.