Suhaimi, perajin gerabah mengungkapkan, setelah dibina PLUT Banten usaha kerajinan gerabah miliknya terus berkembang pesat. Bahkan, omset penjualan gerabah buatannya kini sudah mencapai 180 juta/bulan.
“Kita sudah mengirim ke negara Singapura dan Australia, yang paling banyak dipesan kuali kowi, guci dan kendi. Selain itu beberapa pertambangan emas di wilayah selatan seperti di Bogor, Sukabumi dan Cikotok, banyak yang pesan kuali kowi untuk mengendapkan emas,” kata Suhaimi saat diyemui Gedung PLUT Banten, Jumat (4/9).
Tidak hanya itu, permintaan pasar nasional juga banyak membutuhkan produk kuali kowi, seperti Aceh, Surabaya, dan Bandung.
“Kita sudah tersertifikasi internasional, jadi kualitas produk kita sangat bagus, tidak akan pecah meskipun dibakar sebagai pengendap emas,” imbuhnya.
Suhami menuturkan, dengan jumlah 160 pengerajin gerabah ia mampu memproduksi 200 ribu unit produk gerabah untuk dikirim ke berbagai daerah termasuk mancanegara.
“Banyak dari pengerajin Ciruas yang bekerja di luar wilayah Banten, seperti Bali dan Purwokerto, hal ini disebabkan penjualan disana lebih menjanjikan karena pasarnya bersentuhan dengan turis Asing,” paparnya.
Harga jual produk kuali kowi dibandrol sebesar Rp1.500 dan produk guci paling mahal mencapai angka Rp3 juta.
“Kalau turis Asing banyak yang suka karena punya nilai seni yang tinggi, jadi kita perbanyak produksi kuali kowi saja untuk kebutuhan pertambagan di berbagai wilayah Indonesia,” pungkas Suhaimi. (Raden)
]]>