Jumat, 22 November 2024
Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Dampak El Nino, Warga Desa Bendung Alami Gagal Panen

Budiman

| Jumat, 18 Agustus 2023

| 15:35 WIB

Sayuni warga Kampung Tegal Duhur, Desa Bendung, Kecamatan Kasemen, Kota Serang saat menunjukan sawahnya yang gagal panen, Jumat (18/8/2023). Foto: Budiman/Ekbisbanten.com

SERANG, EKBISBANTEN.COM – Sorot mata Sayuni terfokus pada hamparan tanah kering, di atas tanah total 10 hektar itu terlihat pecah-pecah, terdapat padi kuning kering layu tanda berbulan-bulan tak dihampiri air. Ia tak menyangka, tanah miliknya dan saudaranya kini tak bisa dipanen sama sekali. Dampak cuaca panas atau El Nino membuat sawahnya menjadi kering dan tak bisa dipanen.

Pria paruh baya warga Kampung Tegal Duhur, Desa Bendung, Kecamatan Kasemen, Kota Serang itu seharusnya bulan Agustus ini sibuk mengangkut padi, mengantarkannya pada pengepul sambil menghitung pundi-pundi yang ia dapatkan dari jerih payahnya itu.

Namun naas, hal itu jadi tak bisa ia lakukan. Sebab, sepanjang hamparan hampir setengah lebih sawah warga Kampung Tegal Duhur hanya terlihat tandus tanda belum bisa ditanami kembali.

“Gagal lagi, ini sudah lima kali gagal panen, mau ketiga tahun. Kali ini lebih parah, ga ada isi padinya, tanda kering panas kali. Kalau air sebenarnya lancar aja, tapi itu tetep kering aja. Sawah jadi kering,” keluhnya, Jumat (18/8/2023).

Sesekali ia menunjuk sawah yang berada jauh, ia mengatakan sawah itu merupakan milik saudaranya. Tanda-tanda yang sama menghampiri sawah itu.

Kemudian ia mulai menghitung-hitung kerugian yang diderita, total dua motor sudah ludes dijual guna berharap asa sawahnya kembali menghijau dan dapat dipanen.

“Motor sudah dua saya jual, Rp 14 juta buat nambah-nambah modal nyawah. Biasa kalau panen, sekali panen itu bisa 17 ton, normalnya 22 ton,” katanya.

Saudara Sayuni, Halwani bernasib sama dengannya. Sawah miliknya terletak di ujung dekat rumah warga yang diapit oleh dua jalan Desa Bendung.

Hal yang sama, Halwani harus gigit jari sambil menghitung total kerugian diderita. Ia berkata, salah satu yang membuat berat ialah soal status tanah sawah. Beban biaya sewa tanah, irigrasi kurang lancar, cuaca panas ditambah modal lalu kebutuhan sehari-hari semua berkumpul jadi satu menambah pikiran dalam kepalanya.

“Tanah punya orang lain, kontrak sewa Rp 2 juta pertahun, kalau saya kendala pengairan kurang lancar. Harusnya arah Priyayi diperbaiki,” ujarnya.

Keduanya berharap, ada bantuan tangan dari pemerintah daerah atas kegagalan panen yang diderita. Walaupun sekedar mengurangi kerugian yang ada, tak masalah bagi keduanya.

“Sama sekali ga ada bantuan, semoga ada,” harapnya.

Editor :Rizal Fauzi

Bagikan Artikel

Terpopuler_______

Scroll to Top