Jumat, 18 Oktober 2024
Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

BI Optimis Indonesia Tak Akan Resesi, Ini Penjelasannya

Admin

| Selasa, 1 November 2022

| 08:27 WIB

Bank Indonesia
(Foto: Dok. Bank Indonesia).
EKBISBANTEN.COM – Bank Indonesia (BI) masih melihat adanya harapan bagi perekonomian Indonesia di tengah bayang-bayang hantu resesi duni.

[adrotate group="5"]

Hal itu diungkapkan oleh Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo dalam acara GNPIP Sulawesi Tengah, Senin (31/10/2022).

Ia menyebut risiko lonjakan inflasi masih akan terus berlanjut. Hal ini direspons BI dan bank sentral negara lain dengan menaikkan suku bunga acuan.

Kemudian, kenaikan suku bunga acuan ini akan berdampak ke sektor-sektor ekonomi karena membuat bunga pinjaman perbankan menjadi lebih mahal.

Hal ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia jadi melambat. BI sendiri telah tiga kali menaikkan suku bunga acuan sejak Agustus lalu guna menstabilkan nilai tukar dan menjaga inflasi tetap terkendali.

Kebijakan ini pun tentu akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. Tetapi, dia memastikan keputusan BI menaikkan suku bunga acuan telah dipikirkan dengan matang sehingga dampaknya ke pertumbuhan ekonomi tidak separah negara lain.

“Semua dilakukan secara terukur. Kita tidak akan menaikkan suku bunga kalau memang itu tidak diperlukan,” katanya.

Dengan dukungan kebijakan moneter yang terukur ini, lanjutnya, ekonomi Indonesia memiliki harapan untuk tetap tumbuh.

“Bahkan jika dilihat kondisi ekonomi Indonesia saat ini diperkirakan masih akan tumbuh pada kisaran 4-5%,” terangnya.

“Jadi dengan itu kita semua punya optimisme ekonomi kita masih akan terus tumbuh di tengah-tengah negara lain. Sekarang ini negara maju banyak yang sudah mengatakan bahwa kita siap masuk resesi,” sambung Dody.

Kendati demikian, di tengah kondisi dunia yang sedang tidak baik-baik saja ini, BI justru lebih mengkhawatirkan ekspektasi inflasi ketimbang perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Dia menjelaskan, ekspektasi inflasi ini berasal dari inflasi yang bersifat temporer seperti harga bahan pangan yang tinggi atau pasokan bahan pangan berkurang.

Namun bila inflasi temporer ini tidak segera ditangani oleh BI, maka dapat membentuk ekspektasi inflasi yang dapat terjadi dalam jangka panjang.

“Masalah pertumbuhan yang melambat itu adalah prioritas yang kedua karena masalah stabilitas itu tidak ada kata tawar. Tidak ada pertumbuhan yang tinggi kalau itu diikuti dengan harga yang tinggi sehingga mengurangi daya beli. Oleh karena itu mandat BI untuk jaga inflasi ini,” pungkasnya.*

]]>

Editor :Rizal Fauzi

Bagikan Artikel

Terpopuler_______

Scroll to Top