Silvi Aris Arlinda: Tradisi yang Menyapa Dunia, Refleksi Komunikasi Budaya dari Bocah Pacu Jalur di Video Klip Bollywood

- Jumat, 31 Oktober 2025

| 07:14 WIB

Pacu jalur bollywood
(FOTO: IST).

EKBISBANTEN.COM – Kemunculan bocah pacu jalur asal Riau dalam video klip Bollywood beberapa waktu lalu menjadi fenomena yang menarik di tengah derasnya arus budaya global.

Tidak hanya mengundang rasa bangga, tetapi juga membuka ruang refleksi tentang bagaimana komunikasi budaya bekerja di era digital.

Dalam satu cuplikan singkat, seorang bocah dengan latar tradisi lokal berhasil menjadi jembatan simbolik antara dua dunia: budaya lokal Nusantara dan industri hiburan global India.

Budaya Lokal dalam Panggung Global

Pacu jalur merupakan tradisi rakyat Riau yang sarat makna sosial dan budaya. Lomba dayung tradisional ini bukan sekadar olahraga, tetapi perayaan identitas kolektif masyarakat yang hidup di tepian Sungai Kuantan.

Di sana, nilai-nilai gotong royong, solidaritas, dan semangat juang tertanam dalam setiap kayuhan perahu panjang.

Tradisi ini juga menjadi ruang komunikasi sosial mempertemukan warga, mempererat relasi antar kampung, serta menjaga kesinambungan nilai budaya dari generasi ke generasi.

Ketika bocah dari lingkungan tradisi ini muncul dalam sebuah video klip Bollywood, yang dikenal sebagai industri hiburan raksasa dunia, maka terjadilah fenomena komunikasi budaya yang kompleks.

Ia bukan hanya soal individu yang viral, tetapi juga representasi visual dari proses glocalization yakni bagaimana unsur budaya lokal dapat diadaptasi dan diterima dalam konteks global tanpa kehilangan akar keasliannya.

Komunikasi Budaya: Dari Sungai ke Sinema

Dalam kacamata ilmu komunikasi, momen ini memperlihatkan bagaimana simbol budaya dapat berpindah konteks melalui media massa.

Video klip Bollywood berfungsi sebagai saluran komunikasi antarbudaya yang mempertemukan dua realitas berbeda: kehidupan sederhana di tepian sungai dan dunia sinematik yang penuh glamor.

Melalui gambar bocah pacu jalur, nilai-nilai seperti keuletan, kebersahajaan, dan semangat hidup ditransmisikan ke audiens global dengan kekuatan simbolik yang kuat.

Visual anak Riau itu berbicara tanpa kata. Ia menyampaikan pesan universal tentang semangat, perjuangan, dan kebanggaan terhadap akar budaya sendiri.

Inilah kekuatan komunikasi nonverbal dalam konteks budaya: pesan yang tersirat mampu melampaui batas bahasa dan geografis, dan diterima secara emosional oleh penonton dari berbagai latar belakang.

Selain itu, kehadiran bocah tersebut dalam video klip juga menunjukkan bagaimana media digital mempercepat proses difusi budaya.

Di era media sosial, penyebaran konten lintas negara bukan lagi hal yang luar biasa. Namun, yang menarik di sini adalah bahwa yang menyebar bukan hanya hiburan, tetapi juga narasi identitas lokal.

Media, dalam hal ini, menjadi ruang baru bagi tradisi untuk hidup kembali dalam bentuk yang lebih luas dan dinamis.

Viralitas dan Diplomasi Budaya

Fenomena ini juga dapat dibaca sebagai bentuk diplomasi budaya yang tidak direncanakan. Bocah pacu jalur mungkin tidak dimaksudkan sebagai duta budaya, tetapi kehadirannya membawa nilai representatif yang kuat.

Ia memperkenalkan keindahan dan keunikan budaya Riau ke kancah internasional, bahkan tanpa narasi formal. Viralitas di media sosial menjadi jalur komunikasi budaya baru spontan, alami, dan berbasis emosi.

Dari sisi komunikasi massa, peristiwa ini menggambarkan pergeseran paradigma: dari media-centric ke people-centric. Artinya, bukan lagi media besar yang menentukan narasi budaya, tetapi manusia dan kisah otentiknya yang menjadi pusat perhatian.

Bocah pacu jalur hadir sebagai simbol komunikasi rakyat sederhana namun menggugah.

Etika Representasi Budaya

Namun demikian, kita juga perlu melihat sisi etis dari fenomena ini. Representasi budaya lokal dalam media global harus dilakukan dengan sensitivitas dan tanggung jawab.

Jangan sampai budaya hanya dijadikan latar eksotik tanpa makna. Komunikasi budaya idealnya tidak berhenti pada visualisasi, tetapi juga membawa pemahaman terhadap nilai-nilai yang dikandungnya.

Dalam konteks ini, peran pemerintah daerah, lembaga kebudayaan, dan insan komunikasi menjadi penting. Mereka perlu memastikan bahwa momentum seperti ini dapat dimanfaatkan untuk memperkuat identitas budaya, bukan sekadar konsumsi visual sesaat.

Ketika tradisi tampil di layar global, maka ia sedang berbicara bukan hanya untuk dirinya, tetapi untuk citra bangsa.

Penutup: Tradisi yang Menyapa Dunia

Fenomena bocah pacu jalur di video klip Bollywood akhirnya memberi pelajaran bahwa budaya lokal memiliki daya jangkau yang luas ketika dikomunikasikan dengan cara yang autentik.

Dalam dunia yang semakin terkoneksi, kekuatan komunikasi budaya tidak lagi bergantung pada ukuran media, melainkan pada ketulusan dan makna di baliknya.

Bocah itu mungkin hanya muncul beberapa detik, tetapi ia membawa pesan besar: bahwa tradisi lokal dapat berbicara kepada dunia.

Dari sungai yang mengalir di Kuantan Singingi hingga layar yang berkilau di Mumbai, budaya Indonesia telah “menyapa dunia” dengan lembut namun berwibawa.

Sebuah bentuk komunikasi lintas budaya yang tidak dibuat-buat, melainkan lahir dari keaslian dan kebanggaan terhadap akar sendiri.


*Penulis merupakan Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Slamet Riyadi.

Editor: Rizal Fauzi

Bagikan Artikel

Terpopuler_______

Scroll to Top