SERANG, EKBISBANTEN.COM – Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Prof. Furtasan Ali Yusuf, mengungkapkan keprihatinannya terhadap rendahnya kemampuan literasi di kalangan pelajar tingkat sekolah menengah pertama (SMP).
Ia menyoroti masih adanya siswa SMP di Kabupaten Serang, Banten, yang belum mampu membaca, meskipun mereka sudah duduk di bangku kelas VII dan VIII.
“Banyak di lapangan, Pak Menteri, saya menemukan anak kelas 1 dan kelas 2 SMP yang sampai sekarang belum bisa membaca,” ujar Furtasan dalam rapat kerja Komisi X DPR RI bersama Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/7).
Pria yang akrab disapa Prof Fay ini menyampaikan kekhawatirannya bahwa kondisi tersebut dapat mengancam pencapaian visi Indonesia Emas 2045.
Ia menilai, jika persoalan mendasar seperti kemampuan membaca tidak segera diatasi, maka mimpi besar menuju Indonesia maju akan terhambat. “Saya jujur saja, target 2045 ini saya khawatir. Bukannya Indonesia Emas, malah Indonesia Cemas,” tegasnya.
Legislator dari daerah pemilihan Banten II, yang meliputi Kabupaten Serang, Kota Cilegon, dan Kota Serang itu, juga mengkritik sistem kurikulum pendidikan yang diterapkan saat ini.
Prof Fay menilai, kurikulum tersebut terlalu longgar dan tidak menjadikan kemampuan membaca sebagai syarat kenaikan kelas. “Saya bertanya ke kepala sekolah, kenapa anak-anak yang belum bisa membaca bisa tetap naik kelas? Ternyata, kurikulum kita memang tidak mewajibkan anak bisa membaca untuk naik kelas,” jelasnya.
Menurutnya, kondisi ini menjadi tantangan serius bagi Kementerian Pendidikan. Ia menilai, meskipun para siswa saat ini akrab dengan teknologi dan informasi, tetapi jika kemampuan dasar seperti membaca saja masih menjadi kendala, maka kemajuan pendidikan akan timpang.
“Anak-anak bisa memahami teknologi dan ilmu pengetahuan, tetapi membaca saja masih kerepotan. Ini harus menjadi perhatian bersama,” tandasnya.
Ia pun mendorong Kemendikdasmen untuk segera mengevaluasi pendekatan kurikulum serta memperkuat program peningkatan literasi dasar di seluruh jenjang pendidikan, terutama di daerah-daerah yang masih tertinggal.*