SERANG, EKBISBANTEN.COM – Pengelola kandang ayam di Kampung Panyuluhan, Kelurahan Panyuluhan, Kecamatan Walantaka, Kota Serang, membantah tudingan bahwa usaha peternakan yang dikelolanya menjadi sumber penyebaran lalat dan bau tak sedap di lingkungan sekitar.
Saprudin, selaku pengelola kandang ayam, menegaskan bahwa tudingan yang disampaikan sejumlah warga dan pihak Pondok Pesantren (Ponpes) Sabilurrahman Kampus 2 tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
“Kandang ayam ini lokasinya di Kampung Panyuluhan, bukan di Kampung Cibajo. Warga yang jaraknya hanya sekitar 50 sampai 100 meter dari kandang tidak pernah mengeluhkan bau atau lalat,” kata Saprudin saat dihubungi Ekbisbanten.com.
“Yang justru mengeluh itu pihak yang jaraknya lebih jauh, sekitar 300 meter, seperti Ponpes Sabilurrahman. Secara logika, yang dekat saja tidak protes, masa yang jauh malah protes,” ujarnya.
Menurutnya, jika di sekitar pesantren terdapat bau atau lalat, belum tentu berasal dari kandang ayam yang dikelolanya. “Di samping Ponpes itu ada limbah kotoran sapi yang jaraknya tidak jauh. Bisa jadi sumbernya dari sana, jadi jangan asal menyalahkan,” ujar Saprudin.
Ia menambahkan, usaha yang dijalankannya merupakan budidaya ayam dengan sistem pengelolaan yang memperhatikan kebersihan dan lingkungan sekitar. “Di kandang kami tidak ada bau dan tidak ada lalat. Ini budidaya ayam, bukan peternakan besar. Jadi tidak menimbulkan limbah ataupun pencemaran lingkungan,” tegasnya.
Saprudin juga memastikan seluruh dokumen perizinan kandang ayamnya telah lengkap. “Semua izin sudah ada, mulai dari izin pembangunan, izin usaha, sampai izin dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH),” jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa sejak awal pendirian kandang, pihak Ponpes sempat memberikan masukan agar pengelola menanam pohon di sekitar lokasi sebagai penghalang dan peneduh.
“Pihak Ponpes waktu itu menyarankan menanam pohon supaya sama-sama nyaman. Sekarang pohon-pohon itu sudah tinggi dan rimbun,” ungkapnya.
Selain itu, pihaknya juga membuat blok penghalang angin menggunakan jaring untuk mencegah aroma tidak sedap masuk ke area pesantren. “Kami buat blok penghalang dengan anggaran sekitar Rp30 juta. Bahkan yang mengerjakan itu orang Ponpes sendiri,” pungkasnya.***