EKBISBANTEN.COM – Salat Iduladha adalah salah satu ibadah yang dikerjakan umat Islam setiap tanggal 10 dzulhijjah.
Salat Iduladha tersebut menandai datangnya hari raya kurban. Di mana dilaksanakan pada pagi hari ketika matahari telah terbit.
Salat Iduladha dikerjakan secara berjamaah yang kemudian dilanjutkan dengan khutbah.
Mengerjakan salat Iduladha hukumnya sunah muakkad atau sangat dianjurkan.
Dalam salah satu riwayat bahkan Rasulullah SAW bahkan meminta wanita dan anak-anak untuk menghadiri pelaksanaan salat Iduladha.
Hal itu bertujuan syiar Islam sekaligus sebagai bukti keimanan dan ketakwaan seseorang.
Adapun perintah mengikuti salat Iduladha termaktub dalam hadits sebagaimana dinukil dari kitab Bulughul Maram karya Ibnu Hajar Al-Asqalani yang bunyinya:
ومن أم عملية قالت: أمرت أن تخرج العواجين واليمن في المدينة بشهادة الخير ودعوة التشيليين، ويعتزل الخيم التعلي. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Artinya: Dari Ummu Athiyyah RA berkata, “Kami diperintahkan mengajak keluar gadis- gadis dan wanita-wanita haid pada kedua hari raya untuk menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum muslimin, wanita-wanita yang haid itu terpisah dari tempat sholat.” (HR Muttafaq ‘Alaih).
Lantas, jam berapa tepatnya pelaksanaan salat Iduladha? Berikut penjelasannya.
Waktu Salat Iduladha
Dikutip dari buku panduan salat Rasulullah 2 karya Imam Abu Wafa, waktu pelaksanaan salat Id dapat dimulai sejak terbitnya matahari setinggi tombak atau kira-kira seperempat jam setelah matahari terbit hingga masuk waktu zawal (matahari condong ke arah barat).
Pelaksanaan salat Iduladha di Indonesia umumnya pada pagi hari sekitar jam 06.00-08.00 WIB. Namun, Rasulullah SAW menganjurkan pelaksanaan salat Iduladha lebih pagi daripada Idul Fitri.
Alasannya, sholat Idul Fitri disunahkan diperlambat supaya kaum muslimin lebih leluasa membayar zakat fitrah.
Sedangkan salat Iduladha disunahkan dipercepat atau dikerjakan lebih pagi agar kaum muslimin bisa menyembelih kurban dengan segera.
Dalam hadits yang dikutip dari buku 165 Kebiasaan Nabi SAW karya Abduh Zulfidar Akaha, turut diterangkan terkait waktu pelaksanaan salat Iduladha sesuai anjuran Rasulullah SAW.
وَعَنْ جُنْدَبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْبَحَلِّي ﷺ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ يُصَلِّي بنا الْفِطْرَ وَالشَّمْسُ عَلَى قَيْدِ رُمُحَيْنِ، وَالْأَضْحَى عَلَى فَيْدِ رُمْح. رواه أحمد
Artinya: Dari Jundab bin Abdillah Al-Bajali RA, ia berkata, “Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallah salat Idul Fitri bersama kami saat matahari setinggi dua tombak. Dan beliau salat Iduladha saat matahari setinggi satu tombak.” (HR Ahmad).
Sementara Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya Zadul Ma’ad berkata, “Rasulullah SAW biasa mengakhirkan pelaksanaan salat dul Fitri dan menyegerakan pelaksanaan Iduladha.
Dan Ibnu Umar RA, dia adalah seorang sahabat yang sangat teguh mengikuti sunnah.
Dia tidak keluar dari rumahnya pada salat Iduladha melainkan setelah matahari terbit dan menampakkan sinarnya.
Dia juga bertakbir sejak keluar dari rumahnya hingga sampai ke lapangan tempat pelaksanaan salat.*