SERANG, EKBISBANTEN.COM – Upaya menjaga ekosistem mangrove di pesisir Banten kini didukung pemanfaatan teknologi digital.
Melalui program Mangrove Blue Carbon, berbagai pihak berkolaborasi menggunakan OpenStreetMap (OSM) untuk melakukan pemetaan partisipatif kondisi mangrove secara akurat dan terbuka.
Ekosistem mangrove memiliki peran penting dalam melindungi pesisir dari gelombang tinggi dan angin kencang. Selain itu, kawasan ini juga menjadi tempat pemijahan, daerah asuhan, sekaligus sumber makanan bagi berbagai spesies.
Mangrove juga berkontribusi besar dalam mitigasi perubahan iklim karena kemampuannya menyerap karbon lebih baik dibandingkan hutan daratan.
Sejak tsunami Selat Sunda 2018, berbagai program rehabilitasi mangrove di Banten terus berjalan. Salah satunya lewat kerja sama Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI), PT Asahimas Chemical (ASC), Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, dan Yayasan Lestari Alam Kita (Salaka).
Program tersebut kini diperkuat dengan teknologi OSM melalui dukungan Humanitarian OpenStreetMap Team (HOT) Asia-Pacific.
Proses pemetaan dilakukan secara kolaboratif bersama kelompok masyarakat pesisir, pemerintah daerah, akademisi, dan organisasi lingkungan.
“Upaya pelestarian mangrove perlu didokumentasikan secara up to date dengan teknologi. Aktivitas rehabilitasi bisa dipantau lewat partisipasi masyarakat di OSM,” ujar Prof Adi Susanto, Ketua Tim Mangrove Blue Carbon Provinsi Banten.
Perwakilan HOTOSM Asia-Pacific, Harry Mahardika, menjelaskan alasan pemilihan OSM adalah karena sifatnya yang gratis, terbuka, dan kolaboratif.
“Siapa pun bisa mengakses, memperbarui, dan memanfaatkan data spasial mangrove tanpa batasan lisensi. OSM juga mudah digunakan lewat aplikasi GIS maupun ponsel pintar,” katanya.
Manajer Program KEHATI, Toufik Alansar, menambahkan, penerapan OSM pada ekosistem mangrove ini merupakan yang pertama di Indonesia. “Harapannya dapat menjadi model untuk pemetaan ekosistem atau isu lingkungan lain di masa depan,” ujarnya.
Sementara itu, perwakilan PT ASC, Nendi Pebriadi, menegaskan komitmen perusahaan dalam mendukung keberlanjutan program.
“Pemanfaatan OSM memberikan manfaat signifikan, terutama dalam memudahkan akses informasi terkini terkait pelaksanaan program,” ungkapnya.
Kegiatan ini dibuka oleh Ketua Program Studi Ilmu Perikanan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Dr. Sakinah Haryati. Ia berharap mahasiswa juga bisa memanfaatkan teknologi OSM untuk penelitian atau skripsi.
Program Mangrove Blue Carbon ini mendukung target Pemerintah Provinsi Banten dalam meningkatkan tutupan mangrove, melindungi habitat pesisir, dan memperkuat ketahanan wilayah terhadap perubahan iklim.
Data hasil pemetaan akan menjadi dasar perencanaan zonasi, rehabilitasi, hingga edukasi lingkungan bagi masyarakat.
Kolaborasi ini melibatkan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten, komunitas OpenStreetMap Indonesia, serta kelompok masyarakat pesisir. Model pemetaan ini diharapkan bisa direplikasi di berbagai wilayah pesisir Indonesia.*