Terkendala Modal, Pengrajin Opak dan Dapros di Kabupaten Serang Tetap Bertahan

- Senin, 21 Juli 2025

| 10:12 WIB

Pengrajin Dapros dan Opak
Ketua Himpikimdo, Ifa Suhartini bersama pengrajin UMKM opak dan dapros di Desa Damping, Kecamatan Pamarayan, Kabupaten Serang (FOTO: KOSASIH/EKBISBANTEN.COM).

SERANG, EKBISBANTEN.COM – Di tengah keterbatasan akses permodalan, para pengrajin opak dan dapros di Desa Damping, Kecamatan Pamarayan, Kabupaten Serang, masih bertahan menjaga eksistensi kuliner tradisional khas Banten.

Syarifudin (52), salah satu pengrajin, mengatakan mayoritas warga di desanya menggantungkan hidup dari produksi opak dan dapros. Setiap hari mereka memulai aktivitas sejak dini hari untuk menjemur hasil produksi.

“Kalau opak jam 4 pagi sudah mulai, supaya bisa dijemur saat matahari terbit. Kalau dapros, cuaca seperti ini sebentar juga sudah kering,” kata Udin, sapaan akrabnya, kepada ekbisbanten.com, Senin (21/7).

Ia menjelaskan, bahan baku dapros terdiri dari beras cerai, aci, dan bumbu khas, sedangkan opak dibuat dari ketan, kelapa, garam, dan gula.

Untuk pemasaran, Udin mengaku tidak mengalami kendala karena masing-masing pengrajin sudah memiliki pelanggan tetap. Bahkan, produk mereka telah dipasarkan hingga luar Banten. “Sudah sampai Jakarta, Bandung, bahkan ke Jawa dan Kalimantan,” ungkapnya.

Selain untuk dijual, sebagian hasil produksi juga digunakan sebagai konsumsi harian warga. Harga dapros dan rengginang dibanderol Rp500 per biji, sementara opak dijual Rp1.500 per biji.

Namun demikian, keterbatasan modal masih menjadi tantangan utama. Banyak pengrajin terpaksa meminjam dana dari bank keliling karena terkendala syarat administrasi saat mengakses pembiayaan formal.

“Banyak yang nggak punya akta nikah, jadi susah pinjam ke bank resmi. Harapannya sih ada bantuan dari pemerintah,” ujar Udin.

Sementara Ketua Hipmikimdo Kecamatan Pamarayan, Ifa Suhartini, menyatakan bahwa Desa Damping merupakan salah satu desa binaan yang memiliki produktivitas UMKM cukup tinggi.

“Warga di sana bukan hanya sekadar hobi, tapi benar-benar memproduksi dan mendistribusikan hasil produksinya,” ujarnya.

Ifa berharap persoalan permodalan segera mendapat perhatian dari pihak terkait. “Minimal satu dulu, akses modal difasilitasi oleh perbankan atau pemerintah. Supaya usaha mereka bisa berkembang lebih baik lagi,” tandasnya.*

Editor: Rizal Fauzi

Bagikan Artikel

Terpopuler_______

Scroll to Top