Jumat, 22 November 2024
Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Melenggang di Lima Negara, “Lima Pare” Film Karya Sineas Muda Pandeglang Masuk Nominasi Film Dokumenter Terbaik di Rusia

Rizal Fauzi

| Jumat, 14 Juni 2024

| 18:00 WIB

Cover Film Lima Pare karya Sineas Muda Pandeglang

PANDEGLANG, EKBISBANTEN.COM – Film Lima Pare berhasil masuk dalam nominasi Ethnoecology (nature and indigenous people) di XХVIII International Ecological TV Festival “To Save and Preserve” di Rusia.

Festival tersebut merupakan festival film bergengsi di Rusia yang fokus membahas ekologi, perubahan iklim, dan penyelamatan lingkungan selama, 4 – 7 Juni 2024.

Lima Pare merupakan film dokumenter garapan sineas muda dari Kabupaten Pandeglang Banten, Fahmi Abdul Aziz dan Ilham Aulia Japra. Film tersebut merekam cerita tentang ketahanan pangan masyarakat adat Baduy dan kaitannya dengan teknologi.

Fahmi bercerita bagaimana film mereka bermula hingga melenggang ke berbagai belahan dunia.

“Pada Juli 2022 lalu, kami mengirimkan proposal ide film Lima Pare pada ajang Eagle Award Documentary Competition dan bersaing dengan ratusan proposal dari seluruh Indonesia. Lima ide cerita. Salah satunya Lima Pare, berhasil terpilih mewakili Banten. Empat lainnya dari Sumbawa, Kalimantan Utara, Depok, dan Gorontalo,” kata Fahmi.

Fahmi memaparkan, Film Lima Pare mengangkat tentang kebudayaan serta adat masyarakat suku Baduy dalam menanam padi (ngaseuk).

“Ngaseuk merupakan ritus menanam padi yang wajib dilakukan oleh setiap masyarakat suku Baduy di akhir tahun,” ujarnya.

Senada diungkapkan Jafra. Ia menambahkan bahwa alasan memilih suku baduy sebagai setting dari ide cerita tersebut yakni karena secara sosiologis dan teologis mereka masih memegang teguh ajaran adat sunda baik agama, budaya dan hukum adat. 

“Jadi oleh sebab itulah saya memilih suku baduy menjadi topik dalam film yang saya garap,” ujarnya.

Dari sekian banyak peristiwa menarik di Baduy, kata Jafra, salah satu topik yang menarik untuk dikonsumsi publik adalah ketika mereka menanam padi.

“Padi merupakan solusi Masyarakat Baduy untuk mengatasi krisis pangan. Bahkan padi di Baduy bisa cukup untuk memenuhi pangan enam generasi masyarakat Baduy,” paparnya.

Atas karya sineas kakak beradik tersebut, film dokumenter “Lima Pare” berhasil menyabet juara tiga pada ajang Eagle Award Documentary Competition.

Di tahun 2023 lalu, film tersebut berhasil masuk Short list Festival Film Indonesia, serta menjadi special screening Festival Film Sumbawa. 

Di tahun 2024 ini, film dokumenter “Lima Pare” berhasil melenggang di lima negara, di antaranya:

1. Nomine Best International Documentary di International Ecologicsl TV Festival TO SAVE AND PRESERVE XXVIII 2024 (Rusia).

2. Nomine Best Internstional Documentary at Bangladesh International Short and Independent Film Festival 2024 (Bangladesh).

3. Official Selection Lift-Off Global Network (Inggris).

4. Galil Adventure and Human Nature 2024 (Israel, lolos seleksi tahap 1 (masih akan diperbarui keikutsertaannya.

5. KLIFA Awards 2024 (Kuala Lumpur).

Meski sudah melenggang ke berbagai negara, nyatanya di daerah sendiri film tersebut minim apresiasi dan luput dari perhatian pemerintah dan masyarakat Banten.(***)

Editor :Rizal Fauzi

Bagikan Artikel

Terpopuler_______

Scroll to Top