EKBISBANTEN.COM – Kinerja APBN Provinsi Banten sampai dengan 30 April 2024 menunjukkan hasil yang sangat baik. Hal tersebut terlihat dari pendapatan negara yang tumbuh positif dan adanya pertumbuhan realisasi belanja negara (yoy).
Demikian disampaikan oleh para pimpinan Kemenkeu Regional Banten yakni Plt. Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Banten, M. Dody Fachrudin, Kepala Kanwil Ditjen Pajak Provinsi Banten, Cucu Supriatna, Kepala KPU Bea dan Cukai Soekarno Hatta, Gatot Sugeng W., dan Kepala Kanwil Ditjen Kekayaan Negara Banten, Djanurindro Wibowo dalam siaran pers yang diselenggarakan secara online melalui Microsoft Teams Meeting.
Menurut Dody, pendapatan negara Provinsi Banten sampai dengan 30 April 2024 mencapai Rp31,51 Triliun, tumbuh 12,02 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
“Pertumbuhan pendapatan negara ini didukung oleh terakselerasinya pendapatan pada beberapa komponen seperti Pajak dan Bea Cukai serta PNBP,” katanya.
Dody menjelaskan, Belanja Negara Provinsi Banten hingga 30 April 2024 mencapai Rp8,89 Triliun, tumbuh sebesar 14,86% dari tahun sebelumnya.
“Belanja negara ini terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat / Belanja Kementerian Lembaga (K/L) dan Transfer Ke Daerah (TKD),” ungkapnya.
Untuk Belanja K/L mencapai Rp3,09 Triliun, tumbuh sebesar 22,53%, digunakan untuk belanja gaji, belanja barang, belanja modal, dan belanja bantuan sosial.
Seluruh jenis Belanja K/L (Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Bansos) mengalami pertumbuhan positif, kecuali Belanja Modal.
“Belanja Modal mengalami kontraksi 37,72% disebabkan karena pekerjaan infrastruktur yang telah selesai di tahun anggaran yang lalu,” jelas Dody.
Untuk kinerja realisasi belanja berdasarkan fungsi, fungsi pelayanan memiliki kinerja realisasi yang paling baik dengan capaian 72,49% melebih target sebesar 22%. Kenaikan pada fungsi ini karena pelaksanaan tahapan pemilu 2024.
Untuk Belanja TKD mencapai Rp5,80 Triliun atau 32,81% dari total alokasi TKD 2024, tumbuh sebesar 11,16%. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2023 sebesar Rp5,21 Triliun atau 29,91% dari pagu.
Secara umum kinerja penyaluran TKD sampai dengan 30 April 2024 lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, kecuali untuk Dana Insentif Fiskal (DIF) yang telah tersalurkan Rp3,50 Miliar lebih lebih rendah 41,69% dibandingkan tahun sebelumnya.
Dody juga menyampaikan informasi tentang penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan pembiayaan Ultra Mikro (UMi).
Menurutnya, kinerja penyaluran KUR dan UMi hingga 30 April 2024 tumbuh pesat dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi penyaluran KUR mencapai Rp1,82 Triliun untuk 24.913 debitur, tumbuh sebesar 50,46% dari tahun sebelumnya.
“Penyaluran KUR terbesar ada di Kabupaten Tangerang sebesar Rp2,49 Triliun, demikian juga untuk UMI Rp39,91 Miliar. Penyaluran KUR per sektor tertinggi adalah sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai Rp1,11 Triliun untuk 16.248 debitur,” terang Dody.
Sementara itu, dari sisi Kinerja Pendapatan Pajak, Kepala Kanwil Ditjen Pajak Provinsi Banten, Cucu Supriatna, menyampaikan informasi tentang Penerimaan Pajak Provinsi Banten hingga 30 April 2024.
Menurutnya, penerimaan pajak periode tersebut tercapai sebesar Rp26,59 Triliun, memenuhi 34,73% dari target APBN 2024 sebesar Rp76,58 Triliun dan tumbuh sebesar 13,58% (yoy). Kinerja penerimaan pajak ini tumbuh dengan baik sampai dengan 30 April 2024.
Cucu menjelaskan, mayoritas jenis pajak dominan mengalami pertumbuhan positif pada periode s.d 30 April 2024. PPN Dalam Negeri, PPh Pasal 21, PPN Impor, PPh Final dan PPh 22 Impor mengalami pertumbuhan positif.
“Sedangkan PPh Badan masih mengalami pertumbuhan negatif. Penerimaan perpajakan sektor dominan s.d. 30 April 2024 mayoritas tumbuh positif. Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Perdagangan adalah 2 sektor dengan kontribusi terbesar penerimaan pajak di provinsi Banten s.d 30 April 2024. Kontribusi masing-masing sektor tersebut sebesar 39,75% dan 24,24%,” tuturnya.
Hingga 30 April 2024, 11 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di lingkungan Kanwil DJP Banten mengalami pertumbuhan pendapatan pajak yang baik jika dibandingkan secara yoy
Namun, terdapat satu KPP yang masih mengalami pertumbuhan negatif, yaitu KPP Madya Tangerang. Pertumbuhan netto tertinggi dicapai oleh KPP Pratama Tangerang Barat sebesar 47,89%. dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sedangkan capaian tertinggi oleh KPP Pratama Tangerang Barat sebesar 42,09%.
Kontribusi penerimaan pajak terbesar di provinsi Banten berasal dari penerimaan kelompok pajak PPN & PPnBM dan PPh Non Migas. Kedua kelompok jenis pajak tersebut mengalami pertumbuhan positif di bulan April 2024, sementara untuk Kelompok Jenis Pajak PBB dan BPHTB dan Pajak Lainnya mengalami kontraksi.
Selanjutnya, Kepala KPU Bea dan Cukai Soekarno Hatta, Gatot Sugeng W., menyampaikan informasi tentang penerimaan kepabeanan dan cukai Provinsi Banten hingga 30 April 2024.
Beliau menyampaikan bahwa capaian penerimaan kepabeanan dan cukai periode tersebut sebesar Rp4,35 Triliun, memenuhi 29,58% dari target tahunan APBN 2024 sebesar Rp14,71 Triliun dan tumbuh sebesar 4,34% (yoy). Kinerja penerimaan kepabeanan dan cukai ini tumbuh positif hingga 30 April 2024.
Gatot menjelaskan, penerimaan kepabeanan dan cukai ini terdiri dari bea masuk, cukai, dan bea keluar. Bea masuk mencapai Rp3,41 Triliun, naik 0,64% (yoy), dipengaruhi kinerja impor nasional, terutama impor komoditi konsumsi, kebutuhan perdagangan dan industri
Cukai mencapai Rp935,08 Miliar, naik 20,69% (yoy), didorong peningkatan volume produksi minuman mengandung Etil Alkohol untuk seluruh golongan (A,B, dan C) yang disertai kenaikan tarif Cukai MMEA 20% (rata-rata tertimbang).
Bea keluar mencapai Rp0,719 Miliar, turun 51,67% (yoy), dipengaruhi fluktuasi harga komoditas kelapa sawit dan produk turunan pengolahannya.
Gatot juga menyampaikan informasi tentang kinerja Neraca Perdagangan Provinsi Banten hingga April 2024. Neraca Perdagangan April 2024 berada pada angka USD -1,28 Miliar atau menguat 35% dibandingkan bulan Maret 2024 (USD -1,97 Miliar).
“Peningkatan neto Neraca Perdagangan bulan April 2024 tersebut disebabkan oleh kenaikan eksportasi pada komoditi: Barang Cetakan, HRC, Parts Elektronik,; dan penurunan importasi pada komoditi: Minyak Mentah dan Turunannya; Logam Mulia dan Logam yang dipalut dengan logam mulia; dan komoditi gula,” pungkasnya.*