PANDEGLANG, EKBISBANTEN.COM – Warga Kampung Kalapa Cagak Desa Teluk Lada Kecamatan Sobang menggelar Ritual Budaya Mapag Sri.
Acara adat tersebut dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas datangnya panen raya di desa mereka.
Untuk diketahui, Mapag Sri apabila ditilik dari bahasa Jawa halus mengandung arti menjemput padi. Dalam bahasa Jawa halus, mapag berarti menjemput, sedangkan sri dimaksudkan sebagai padi. Maksud dari menjemput padi adalah panen.
Ritual Budaya Mapag Sri, dibawa ke Pandeglang oleh para transmigran asal Indramayu yang bermukim sebagian besar wilayah Panimbang-Sobang sekitar tahun 60-an.
Dalam sesi acara Mapag Sri, seluruh warga diwajibkan membawa tumpeng, ketupat dan lepet, kemudian dikumpulkan disebuah areal lapang untuk melakukan doa syukuran dan makan bersama.
Sebelum era tahun 2000-an Mapag Sri ini berlangsung ramai karena menghadirkan pertunjukan ruat wayang kulit sehari semalam.
Tradisi Mapag Sri masih terawat dan terjaga sampai sekarang, meskipun acaranya lebih sederhana hanya membawa tumpeng, kupat dan lepet dan dilakukan doa bersama oleh tokoh agama dan dihadiri oleh kepala Desa.
“Mapag Sri dilaksanakan dengan maksud sebagai ungkapan rasa syukur para petani kepada Tuhan Yang Mahaesa karena panen yang diharapkan telah tiba dengan hasil yang memuaskan,” ungkap Ketua RW Kampung Kelapa Cagak Taryana.
Taryana menjelaskan, upacara adat Mapag Sri, adalah menjaga spirit bertani dan mencintai alam semesta. Perasaan rasa syukur atas karunia tuhan memberikan keberkahan atas setiap benih padi yang ditanam dan menjadi penghidupan umat manusia.
“Semoga tahun tahun berikutnya, acra adat Mapag Sri ini bisa lebih meriah seperti dulu dengan menggelar pentas kesenian dan bisa menjadi wisata budaya bagi Pandeglang,” tuturnya.
Kepala Desa Teluk Lada, Efendi Hidayat dalam sambutannya menyampaikan terimakasih kepada seluruh warga masyarakat yang masih mempertahankan tradisi leluhur dalam menyambut musim panen padi.
“Meski seringkali disaat musim tanam kita dihadapkan kesulitan pupuk, mahalnya harga obat-obatan, bahkan panen kali ini dihadapkan pada serangan hama wereng dan harga padi yang belum berpihak pada petani, tidak menjadikan kita berhenti menjadi petani dan terus berucap syukur atas karunia yang diberikan oleh Allah SWT,” ujarnya.***