EKBISBANTEN.COM — Oleh: Dr. H. Ade Mujhiyat
اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ
الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَآ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ . وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Kaum muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang dimuliakan Allah.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan karunia-Nya yang tiada terhingga kepada kita sekalian, terutama nikmat iman dan Islam. Juga kenikmatan beribadah pada bulan Ramadhan. Sehingga di pagi hari yang indah ini kita berkumpul bersama, bersimpuh di hadapan-Nya merayakan sholat Idul Fitri, 1 Syawal 1445 H.
Kita berharap semoga semua amal ibadah yang kita lakukan dapat semakin menguatkan keimanan dan ketakwaan kita serta pengabdian terbaik kepada Allah SWT, Sehingga bisa mengangkat derajat kita menjadi umat mulia di hadapan Allah SWT.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah keharibaan Nabi kita Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para penerusnya hingga hari akhir nanti.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah,
Pada hari ini, kita rayakan lebaran bersama-sama penuh suka cita dengan terus mengumandangkan takbir, tahmid dan tahlil.
Momentum pertama dalam merayakan hari yang mulia ini, adalah dengan cara memperbanyak menyucikan Allah swt dengan bacaan-bacaan takbir, membesarkan nama-Nya, dan mengagungkan Zat-Nya, sebagai bentuk syukur karena telah menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan sempurna.
Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman:
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya, “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.” (QS Al-Baqarah [2]: 185).
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah,
Marilah Kita tanamkan di dalam hati kita, bahwa ke depan hidup kita akan menjadi lebih baik. Amal ibadah kita akan semakin meningkat sebagai manifestasi rasa syukur kita kepada Alloh SWT.
Selain kita bertekad untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah Yang Maha Pencipta, pada moment Idul Fitri kali ini, kita selayaknya juga memperbagus hubungan saudara, pertalian kerabat, dan interaksi sosial bermasyarakat.
Dalam ajaran Islam telah diatur bahwa menjalin hubungan baik “Hablum minan-naas” sama pentingnya dengan “Hablum minallah”
Allah swt telah memerintahkan manusia untuk memperkuat tali persaudaraan, sebagaimana digambarkan dalam firmanNya:
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمْ الذِّلَّةُ أَيْنَمَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللهِ وَحَبْلٍ مِنْ النَّاسِ. (آل عمران: 112)
Artinya, “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali hubungan kepada Allah dan tali hubungan dengan manusia.” (Surat Ali Imran ayat 112).
Dalam konteks persaudaraan, ayat tersebut mengindikasikan bahwa manusia tidak akan diliputi kehinaan dalam hidupnya, sepanjang menjalin hubungan baik dengan saudaranya, satu dengan lainnya.
Di dalam Islam, ikatan persaudaraan dikenal dengan persaudaraan antarketurunan (ukhuwah nasabiyah), persaudaraan sesama manusia (ukhuwah basyariyah), persaudaraan setanah air (ukhuwah wathaniyah), dan persaudaraan seagama (ukhuwah Islamiyah).
Hal ini sebagaimana firman-Nya:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ، وَاتَّقُوا اللهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya, “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Surat al-Hujurat ayat 10).
Dari ayat di atas secara tegas dijelaskan bahwa pentingnya hidup damai. Jika terjadi perselisihan, agar dicari solusi terbaik untuk mengatasinya. Maka dari itu, hidup damai dan tetap bersilaturahmi merupakan kunci jalan hidup yang paling baik.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh
Dalam berbagai hadits, Rasulullah saw menjelaskan perumpamaan-perumpamaan yang menggambarkan keutamaan orang mukmin dan persaudaraannya, di antaranya:
Pertama, persaudaraan orang mukmin dengan mukmin lainnya itu seperti bangunan:
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا. (رواه مسلم)
Artinya, “Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” (HR Muslim)
Kerjasama adalah kunci merajut kebersamaan. Tidak egois dan merasa diri paling penting dan berjasa. Gotong royong dan tenggang rasa merupakan sikap mukmin yang harus dibangun memperkuat persaudaraan.
Kedua, persaudaraan orang mukmin dengan mukmin lainnya itu seperti cermin:
اَلْمُؤْمِنُ مِرَآةُ أَخِيْهِ، إِذَا رَأَى فِيْهَا عَيْبًا أَصْلَحَهُ. (رواه البخاري في الأدب المفرد)
Artinya, “Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya. Jika dia melihat suatu aib pada cermin itu, maka ia memperbaikinya.” (HR al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad).
Cermin adalah tempat untuk mengetahui apa yang sudah baik dan apa yang masih belum sempurna. Kebaikan yang ada semoga menjadi teladan bagi saudara. Sedangkan kekurangan atau keburukan menjadi gambaran bagi diri sendiri untuk memperbaiki diri dan pelajaran bagi saudara lain agar tidak menirunya.
Ketiga, orang-orang mukmin itu seperti lebah:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ مَثَلُ النِّحْلَةِ، إِنْ أَكَلَتْ أَكَلَتْ طَيِّبًا، وَإِنْ وَضَعَتْ وَضَعَتْ طَيِّبًا، وَإِنْ وَقَعَتْ عَلَى عُودِ شَجَرٍ لَمْ تَكْسِرْهُ. (رواه البيهقي)
Artinya, “Perumpamaan orang-orang mukmin seperti lebah, apabila makan maka ia akan memakan suatu yang baik, apabila mengeluarkan sesuatu ia pun akan mengeluarkan sesuatu yang baik, dan apabila hinggap pada sebuah dahan untuk menghisap madu ia tidak mematahkannya.” (HR al-Baihaqi).
Orang mukmin mampu menempatkan diri pada posisinya yang tepat. Sementara orang jahat akan meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Orang mukmin hanya melakukan yang baik-baik, makan yang baik dan berkata yang baik. Apapun keadaannya, ia akan berusaha melakukan yang baik-baik, terlebih kepada saudaranya.
Keempat, orang mukmin itu seperti emas:
مَثَلَ الْمُؤْمِنِ مَثَلَ سَبِيْلَةِ الذَّهَبِ، إِنْ نَفَخَتْ عَلَيْهَا اَحَمَرَتْ، وَإِنْ وَزَنَتْ لَمْ تَنْقُصْ. (رواه البيهقي)
Artinya, “Perumpamaan seorang mukimin seperti batangan emas, kalau Engkau meniupkan (api) padanya maka ia menjadi merah, kalau Engkau menimbangnya maka tidak berkurang.” (HR al-Baihaqi).
Menjadi mukmin seumpama menjadi emas, kokoh, tidak luluh dan menyerah dengan keadaan. Ia kokoh berpijak di atas kebenaran, tidak melebur dan mengikuti arus begitu saja. Namun ia punya prinsip yakni objektif dalam kebenaran sehingga tidak memihak kepada saudara yang salah.
Kelima, orang mukmin itu seperti tubuh:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى. (رواه مسلم)
Artinya, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” (HR Muslim)
Orang mukmin bagaikan satu tubuh utuh yang kalau sakit salah satu organnya, yang lain pun merasa sakit.
Dalam hadis riwayat Abdullah Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda:
الْمُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلَا يسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِيْ حَاجَةِ أَخِيْهِ كَانَ اللهُ فِيْ حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ القِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَة
Artinya: “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak menzalimnya dan tidak membiarkannya disakiti. Barang siapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan membantu kebutuhannya. Barang siapa yang mengilangkan satu kesusahan seseorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat.” (HR: Bukhari)
Maka, kita semua umat Islam, perlunya menekankan satu titik temu di antara berbagai perbedaan yang ada. Sudah sepatutnya kita saling bersinergi, menjaga, menghormati, dan memuliakan satu sama lain, agar dapat menjalani hidup dengan penuh damai, harmonis dan tentram.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat idul Fitri rahimakumullah
Dalam rangka meningkatkan tali persaudaraan, islam mengingatkan metode kehidupan sosial dengan menghormati tetangga. Pada bulan syawal ini, kita dianjurkan agar saling bermaaf-maafan. Kemudian dilanjutkan dengan bersilaturahmi kepada seluruh keluarga, saudara, tetangga, maupun teman dan kerabat serta masyarakat.
Menurut Ibnu Katsir pengertian dari Silaturahmi adalah :
تعرفُ صلَةُ الأرحَامِ وهو الإحَسَان الى الأقاربِ في المقَالِ والأفعالِ وبذْلِ الأموالِ
( تفسير ابن كثير – ج٧ / ص ٣١٨)
“Silaturahmi adalah berbuat baik kepada kerabat dalam tutur kata, tingkah laku dan dermawan” (Ibnu Katsir 7 / 318)
Dari pengertian tersebut, mengindikasikan bahwa kita harus menjalinn hubungan baik dengan saudaranya, satu dengan lainnya. Saudara disini tidak hanya pada saudara kandung, bisa saudara sanak dan famili, karib kerabat yaitu orang yang dekat atau bertalian kekeluargaan dengan seseorang. Secara umum juga pada seluruh umat manusia.
Betapa pentingnya silaturahmi. Karena bisa dipanjangkan umur dan dilapangkan rezeki, semakin banyak relasi dalam kebaikan, dan jangkauan amal baik akan semakin besar. Sebagaiamana sabda Nabi SAW:
من أحبَّ أن يُبسَطَ لهُ في رزْقِهِ ويُنْسَا له في أثَره : فلْيَصِلْ رحِمَهُ
“Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umur nya, maka lakukanlah silaturahmi” (Mutafaq Alaih HR Anas)
Jangan sampai kita memutus tali silaturahmi. Sebab konsekuensinya adalah kita bisa tidak masuk surga. Dalam hadist nabi dijelaskan:
لا يَدخلُ الجنَّةَ قاطِعُ رحِمٍ
Artinya : orang yang memutuskan silaturahmi tidak akan masuk surga (HR al-Bukhori, Muslim dan Abu Dawuh)
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat idul Fitri rahimakumullah
Oleh karena itu, mari manfaatkan bulan syawal ini untuk mengawali perbaikan diri agar semakin bertaqwa dan bisa berbuat baik kepada sesama manusia.
Karena sebagai manusia yang lemah, kita tak luput dari salah dan alpa, baik kesalahan kita disengaja maupun tidak disengaja. Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nuur ayat 22:
وَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“…Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
لا يَرْحَمُ اللَّهُ مَن لا يَرْحَمُ النَّاسَ
Artinya “Allah tidak mengasihi orang yang tidak mengasihi manusia (lainnya).” (Imam al-Bukhari, al-Adab al-Mufrad, 1989, h.48)
Dalam riwayat lain dikatakan,
من لا يَرحم لا يُرحم
“orang yang tidak mengasihi, maka tidak akan dikasihi.”
Ini menunjukkan bahwa kasih sayang sesama manusia tidak kalah pentingnya dengan ibadah yang bersifat ritual, bahkan Allah, dalam hadits di atas, tidak akan mengasihi orang yang tidak mengasihi sesamanya.
Hal ini berarti bahwa Allah menghendaki hamba-hambanya membangun dunia yang harmonis; menciptakan lingkungan yang sehat dari kebencian; membiasakan kepedulian; membudayakan sayang-menyayangi; mengembangkan “saling asah, saling asih dan saling asuh”, serta hal-hal positif lainnya. Maka dari itu kita harus selalu menjaga silaturahmi dan saling menyayangi dengan sesama saudara dan umat manusia.
Bahkan nabi memerintahkan umatnya untuk mempunyai rasa kasih sayang kepada seluruh makhluk Allah yang ada di bumi ini. Rasul mengatakan:
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ.
Artinya: “Orang-orang yang memiliki sifat kasih sayang akan disayang oleh Allah yang Maha Penyayang, sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu.”
Karena Nabi diutus ke muka bumi ini untuk menebarkan kasih sayang. Sebagaimana firman Allah SWT:
﴿ وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ ﴾ [سورة الأنبياء: ١٠٧]
Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Surah Al-Anbiya’: 107)
Lalu, bagaimana jika ada saudara kita malah berbuat kejahatan kepada kita? Apakah kita harus membalas atas perbuatan saudara kita?
Maka ingatlah hadis Nabi SAW yang ini:
أُعْفُ عَمّنْ ظَلَمَكَ وَصِلْ مَنْ قَطَعَكَ، وأََحْسِنْ إِلَى مَنْ أَسَاءَ إِلَيْكَ، وَقُلِ الحَقَّ وَلَو عَلَى نَفْسِكَ
Artinya: “Maafkanlah orang yang mendzalimimu, sambunglah orang yang memutusmu (tali silaturahmi), berbuat baiklah kepada orang yang melakukan kejelekan kepadamu dan ucapkanlah kebenaran walau itu kepada dirimu.”
Sungguh ini memperjelas cara kita memanusiakan manusia, juga memperjelas bahwa Islam itu agama yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, karena agama Islam mengedepankan rasa aman dan kasih sayang kepada makhluk Allah SWT.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat idul Fitri rahimakumullah
Untuk menjaga persatuan dan persaudaraan, silaturahmi merupakan salah satu aspek penting yang sangat diperhatikan dalam ajaran Islam.
Silaturahmi adalah upaya untuk menjalin dan mempererat hubungan antar sesama manusia, baik yang memiliki hubungan kekerabatan maupun tidak. Dengan bersilaturrahim kita banyak mendapatkan kebaikan, yaitu:
- Memperkuat ikatan persaudaraan
Silaturahmi dapat memperkuat ikatan persaudaraan antar sesama umat Islam, sehingga tercipta rasa persatuan dan kebersamaan yang kuat. - Saling memaafkan
Silaturahmi menjadi sarana untuk saling memaafkan kesalahan dan khilaf, sehingga tercipta hubungan yang harmonis dan bersih dari dendam. - Menebar kebaikan
Dengan bersilaturahmi, kita dapat menebar kebaikan dan kebahagiaan, membantu yang membutuhkan, dan memberikan dukungan kepada sesama. - Menjaga kerukunan
Silaturahmi dapat menjaga kerukunan dan kedamaian dalam masyarakat, karena melalui silaturahmi terjalin komunikasi dan pengertian yang baik antar sesama.
Karena itu, kita patut memperbanyak silaturahmi, baik dengan keluarga, kerabat, tetangga, maupun masyarakat luas.
Dengan memperbanyak silaturahmi, umat Islam dapat memperkuat persatuan dan kesatuan, menjaga kerukunan, dan menebar kebaikan di tengah masyarakat.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat idul Fitri rahimakumullah
Umat Islam penting menjaga silaturahmi dan memperkokoh persaudaraan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan. Umat Islam harus bersatu dalam aqidah, ibadah, dan muamalah.
Persatuan aqidah berarti umat Islam harus memiliki keyakinan yang sama tentang Allah SWT, Rasulullah SAW, dan ajaran-ajaran Islam lainnya.
Persatuan ibadah berarti umat Islam harus melaksanakan ibadah dengan cara yang sama, sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
Persatuan muamalah berarti umat Islam harus saling tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa, serta menghindari perbuatan yang dapat memecah belah umat.
Dengan memperkuat persatuan dan kesatuan, umat Islam akan menjadi kuat dan dapat menghadapi berbagai tantangan dan persoalan.
Umat Islam akan dapat mempertahankan aqidah dan nilai-nilai Islam dari serangan musuh-musuh Islam. Umat Islam juga akan dapat membangun masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
Oleh karena itu, persaudaraan dan persatuan umat Islam merupakan salah satu kunci kemajuan dan kejayaan umat Islam. Sehingga kita dapat meraih kemuliaan hidup di dunia dan Akhirat.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat idul Fitri rahimakumullah
Marilah kita lapangkan dada kita agar kita semua menjadi golongan orang-orang yang kembali fitri. Yang mengantar manusia mempertahankan kesuciannya dan menjadikan hidupnya semakin bahagia.
Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama (Islam) dalam keadaan lurus. Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia atasnya. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar-Rum [30]: 30).
Minal Aidin wal faizin. Semoga Alloh menerima niat baik dan amalan kita, serta Allah jadikan hari-hari kita selama setahun kedepan menjadi lebih baik. Allah muliakan kehidupan kita di dunia dan akherat.
Taqabbalalohu minna wa minkum. Fi kulli ‘aamin wa antum bi khoir. Amiin, Amiin. Ya Robbal a’lamiin.
جَعَلَناَ الله ُوَإِياَّكُمْ مِنَ العاَئِدِيْنَ وَالفَآئِزِيْنَ وَأَدْخَلَناَ وَاِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِباَدِهِ المُتَّقِيْنَ. بَارَكَ الله ُلِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنيِ وَاِيّاَكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
Khutbah II
اللهُ اَكْبَرُ (٣×) اللهُ اَكْبَرُ (٤×) اللهُ اَكْبَرُ كبيرًا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذي وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
اللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.
رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ بِالإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّناَ اِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيْمٌ
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ