Minggu, 8 September 2024
Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Bank bjb Raih Laba Rp2,1 T di Tahun 2023, Perkuat Konglomerasi dan KUB

Budiman

| Rabu, 6 Maret 2024

| 09:00 WIB

Direktur Utama bank bjb Yuddy Renaldi (kedua-kiri) berfoto bersama jajarannya di Jakarta. Foto: DOK bjb.

JAKARTA, EKBISBANTEN.COM-Bank bjb meraih laba Rp 2,1 triliun dan laba setelah pajak sebesar Rp 1,7 trilliun pada tahun 2023. Nilai tersebut menurun dari tahun sebelumnya yang mencatat laba Rp 8,4 triliun menjadi Rp7,06 triliun.

Secara finansial, bank bjb mencatatkan beberapa pencapaian, termasuk pertumbuhan kredit sebesar 7,5 persen year on year pada kuartal keempat 2023.

Adapun Consumer Loan, Direktur Utama bank bjb Yuddy Renaldi optimis dengan Yield 12,2 persen, mampu tumbuh 6.3 persen secara year on year. 

Hal itu dapat terlihat dari Consumer Loan sebagai Captive Market masih memiliki peluang yang baik, dari pembukaan penerimaan ASN setelah periode moratorium yang panjang serta alih fungsi P3K (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja).  

Apalagi secara populasi, tenaga P3K di Jawa Barat dan Banten telah bertambah 18.157 individu sepanjang semester kedua tahun 2023 saja, demikian juga dengan tenaga P3K yang menjadi debitur bank bjb, mendorong pertumbuhan bisnis konsumer dari 5,6 persen year on year pada triwulan kedua, menjadi 6,3 persen year on year pada triwulan keempat, dengan rate 25 sampai 50 basis poin diatas untuk loan baru yang dibukukan.

Untuk Dana Pihak Ketiga, tumbuh mengimbangi penyaluran kredit yang diberikan dengan menjaga LDR yang optimal per Desember sebesar 87,5 persen, sekaligus rasio-rasio likuiditas lainnya sesuai ketentuan regulator yang ada. 

Dimana total Dana Pihak Ketiga sampai dengan Desember tercatat sebesar Rp 136,6 trilliun, menjaga dampak kenaikan suku bunga melalui rebalancing aset dan liabilitas yang sensitif dengan memastikan kondisi likuiditas terjaga dengan baik.

Sementara mengacu pada Rasio keuangan, biaya dana per Desember cenderung flat dimana Cost of Fund berada pada level 4,3 persen. 

“Dengan kembali dipertahankannya seven days repo rate menjadi 6 persen, kami harus melakukan manajemen aset dan likuiditas yang lebih optimal, menyikapi kondisi “Higher for Longer”. Rasio kredit macet alias Non Performing Loan (NPL) mampu dijaga rendah di level 1,35 persen dengan Loan Coverage pada level 113,5 persen dengan Rasio CAR pada level 20,1 persen dan Tier-one rasio pada level 15,3 persen,” ujarnya, dikutip Rabu (6/3/2024). 

Yuddy Renaldi melanjutkan, di tahun 2023 bank bjb telah melakukan konsolidasi bisnis lewat pengembangan usaha secara grup melalui skema Kelompok Usaha Bank (KUB). 

Bahkan, bergabungnya Bank Bengkulu dalam KUB bersama bank bjb syariah menandai langkah penting, dengan bank bjb menjadi BPD pertama di Indonesia yang berhasil menyelesaikan proses KUB, menjadi benchmark bagi proses KUB seluruh BPD.

“Kami senantiasa berupaya menjalankan bisnis dan operasional bank dengan aktivitas yang pruden agar tidak memberikan tekanan terhadap provisioning yang harus dibukukan dan aktivitas yang efisien agar tidak memberikan tekanan terhadap OPEX, mengimbangi biaya dana yang tekanannya terasa sepanjang tahun 2023,” ujarnya. 

Bank bjb bersyukur, untuk transaksi KUB dengan Bank Bengkulu akhirnya telah disetujui OJK setelah menempuh waktu kurang lebih dua tahun sejak proses dimulainya pada Januari 2020.

Serta bakal dikonsolidasikan laporan keuangannya untuk periode 31 Maret 2024. bank bjb menjadi BPD pertama yang menjadi induk dari BPD lainnya. Selanjutnya untuk KUB bank bjb, capital allocation untuk 3 BPD yang belum dilakukan injeksi modal kurang lebih 250 sampai dengan 500 miliar, tergantung hasil kajian dan valuasinya.  

“Sinergi bisnis pun akan diakselerasi untuk me-leverage bisnis model Bank Bengkulu,” tegas Yuddy. 

Selain Bank Bengkulu, bank bjb juga telah menjalin komitmen KUB dengan Bank Jambi, Bank Maluku Malut dan Bank Sultra yang telah menandatangani Letter of Intent untuk bersinergi dalam kerangka KUB pada tanggal 29 September 2022. 

Teranyar bank bjb sudah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Bank Sultra untuk melangkah lebih lanjut dalam kerangka KUB pada 4 Maret 2024.

“Dengan bergabungnya keempat BPD tersebut, kami melihat bank bjb secara grup akan lebih berperan dalam Industri Perbankan Nasional dengan menjadi 10 besar perbankan berdasarkan total aset secara konsolidasi,” ucap Yuddy. 

Di samping fokus pada pertumbuhan bisnis, bank bjb juga memperhatikan tanggung jawab sosial dan lingkungan melalui program penangkapan karbon. Bank bjb telah menyerap emisi karbon dan berpartisipasi aktif dalam bursa karbon Indonesia.

Dengan komitmen penuh dalam menjalankan aktivitas bisnis dan operasional, bank bjb berpartisipasi aktif dalam climate risk management dan scenario analysis (CRMS) untuk mendukung tercapainya Net Zero Emission pada tahun 2060 bersama 6 bank perwakilan lainnya yang terdiri dari perbankan besar di Indonesia. 

Editor :Rizal Fauzi

Bagikan Artikel

Terpopuler_______

Scroll to Top