EKBISBANTEN.COM – Sejak meletusnya peristiwa kelam Gerakan 30 September (G30S) PKI, pemerintah Orde Baru lewat tangan dingin Suharto memberangus segala sesuatu yang berbau komunisme di Indonesia. Mulai dari simbol, atribut, buku bahkan lagu.
Salah satu lagu yang diidentifikasi sebagai propaganda PKI ialah lagu Genjer-genjer. Lagu tersebut bahkan tidak boleh disiarkan, diputar dan dinyanyikan oleh siapapun juga.
Lagu tersebut sebenarnya tidak diciptakan oleh seniman Osing asal Bayuwangi M.Arief untuk kampanye politik PKI. Jauh dari itu, lagu Genjer-genjer diciptakan untuk mengutarakan kritik terhadap penjajahan Jepang di Banyuwangi. Namun sayang, baik lagu maupun penciptanya terlanjur diberi label sebagai bagian dari PKI.
Padahal, sejarah lagu tersebut ditulis pada 1942, jauh sebelum peristiwa PKI Madiun 1948 atau G30S PKI 1965 meletus.
Lantas benarkah lagu dan penciptanya merupakan bagian PKI dan identik dengan partai terlarang tersebut?
Dalam jurnal yang berjudul Mitos Genjer-Genjer: Politik Makna dalam Lagu, Utan Parlindungan (2018) menceritakan bahwa usai merdeka dari penjajahan Jepang tahun 1945, M. Arief bergabung dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Lembaga tersebut merupakan afiliasi dari PKI.
Pada titik ini, lagu Genjer-genjer digunakan untuk kepentingan politik PKI. Melalui lagu itu, PKI menggunakannya untuk menjaring massa rakyat yang lebih banyak.
Selanjutnya pada tahun 1963, dalam jurnal diterangkan bahwa lagu Genjer-genjer memasuki babak baru ketika diperdengarkan secara intensif melalui siaran RRI dan TVRI. Bahkan mengudara di setiap kegiatan yang melibatkan anggota dan simpatisan PKI.
Walhasil, praktik adopsi dan modifikasi atau aransemen musik Genjer-genjer, membuat makna lagu ini pun berubah status menjadi milik PKI. Praktik politisasi musik tersebut telah merombak esensi maupun substansi makna lagu itu secara drastis, dari konteks kritik penjajahan Jepang ke makna paling mengerikan yaitu paham komunisme.
Aroma komunisme dari lagu Genjer-genjer semakin kuat dengan tayangnya film dokumeter sejarah versi Orde Baru berjudul Pengkianatan G 30/S PKI (1984). Salah satu adegan dalam film terdapat para anggota Gerwani yang terafiliasi PKI menyilet wajah para korban jenderal sambil mendendangkan lagu ini. Para pasukan Resimen Cakrabirawa yang bertugas menculik para jenderal juga digambarkan bergembira ria saat para korban tengah disiksa sebelum di masukkan ke dalam lubang buaya di film.
Kilas Balik
Kilas balik peristiwa pada masa Reformasi tahun 2009 dan 2017 pun masih menggambarkan kengerian yang sama terhadap lagu tersebut.
Tahun 2009 contohnya, tepatnya 14 September silam, Solo Radio FM memutar lagu Genjer-genjer, yang berujung pada tuntutan permintaan maaf dari sekelompok masyarakat yang diduga dari Laskar Hizbullah.
Selang 8 tahun kemudian, hari Minggu tanggal 17 September 2017, pagelaran seni dan budaya bertajuk ‘Asik-Asik Aksi’ digedung Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, dikepung massa yang menuduh bangkitnya PKI. Indikasinya ada salah satu peserta menyanyikan lagu kontroversi tersebut.
Banyak masyarakat yang belum memahami lagu tersebut. Lagu yang dalam perjalanannya digunakan sebagai alat politik oleh PKI dan Orde Baru, menjadikannya sebagai objek yang berujung pada penolakan untuk sebagian pihak. Pihak lain, ada yang menikmatinya sebatas karya semata, menggambarkan penderitaan masyarakat Banyuwangi yang hanya bisa memakan genjer sebagai tanaman pengganjal perut di bawah ancaman samurai Jepang, titik tanpa koma tanpa tanda tanya. Singkatnya, menempatkan lagu tersebut sebatas karya anak bangsa yang patut diapresiasi.
Berikut lirik lagu Genjer-genjer beserta artinya menurut Fransisca Ria Susanti lewat bukunya Kembang-Kembang Genjer(2006):
Genjer-genjer nang kledhokan pating keleler 2x
Emake thole teka-teka mbubuti genjer2x
Oleh sak tenong mungkur sedot sing tole-tole
Genjer-genjer saiki wis digowo mulih
Genjer-genjer esuk-esuk didol ning pasar 2x
Dijejer-jejer diuntingi padha didhasar 2x
Emake jebing pada tuku gawa walasan
Genjer-genjer saiki wis arep diolah
Genjer-genjer lebu kendhil walang gemulak 2x
Setengah mateng dientas wong dienggo iwak 2x
Sega rong piring sambel jeruk dipeloco
Genjer-genjer saiki wis arep dipangan
Artinya:
Genjer-Genjer di pematang sawah berhamburan 2x
Ibunya anak datang-datang mencabut genjer 2x
Dapat satu bakul lalu bergegas pergi dapat yang kecil-kecil
Genjer-Genjer sekarang sudah dibawa pulang
Genjer-Genjer pagi-pagi dijual di pasar 2x
Dipasang berjejer ditali ditaruh di bawah 2x
Ibunya jebing membeli membawa belasan
Genjer-Genjer sekarang sudah siap diolah
Genjer-Genjer masuk dalam kendil air mendidih 2x
Setengah matang diangkat ingin dijadikan lauk 2x
Nasi dua piring sambal jeruk dicampur
Genjer-Genjer sekaraang sudah siap dimakan