PANDEGLANG, EKBISBANTEN.COM – Budaya ngadu bedug di Pandeglang hampir punah tergerus oleh perkembangan zaman. Gebrag ngadu bedug yang diadakan di Alun- alun Pandeglang menjadi tonggak membangunkan budaya yang hampir hilang.
“Kami ingin acara ini menjadi agenda rutin tahunan. Ini akan membangkitkan semangat melestarikan budaya,” ungkap Bupati Pandeglang Irna Narulita saat menghadiri acara gebrag ngadu bedug di Alun – alun Pandeglang, Sabtu malam (29/4/2023) lalu.
Menurut Irna, berlomba dalam gebrag ngadu bedug bukan adu fisik melainkan mengadu keahlian seni, keterampilan dan budaya.
“Sambil menabuh bedug, ada tarian saman, beluk, belum lagi ornamen membuat kita semangat untuk hadir di pagelaran gebrak ngadu bedug,” ujarnya.
Diungkapkan Irna, ngebrag ngadu bedug ini merupakan cikal bakal yang saat ini menjadi tradisi rampak bedug. “Masyarakat dulu biasanya pada tanggal 15 ramadan ramai ngadu bedug yang diiringi dengan solawatan,” ujarnya.
“Sekarang tradisi dulu yang hilang kini dibangkitkan kembali oleh kaula muda dan para musisi. Kami senang ini akan mengangkat identitas budaya kita,” sambungnya.
Masih kata Irna, pihaknya senang melihat antusias warga Pandeglang yang hadair pada kegiatan gebrag bedug di Alun-alun Pandeglang.
“Sampai terharu, saking bahagianya kumpul masyarakat semua. Mari kita gotong royong rawat budaya kita,” pungkasnya.
Sementara Jafung Adyatama Pariwisata Imron Mulyana mengatakan, kegiatan ngadu bedug merupakan dari sepenggal kisah di masa lalu, pada kisaran tahun 1960—1980 masyarakat Pandeglang memiliki suatu tradisi yang acap kali dilakukan saat bulan ramadan.
“Tepat hari ke-15 ramadan, masyarakat dari berbagai kampung ramai melakukan tradisi tahunan turun temurun Ngadu Bedug,” kata pria yang biasa dipanggil Boim tersebut.
Menurutnya, Esensi “ngadu” dalam tradisi ini bukan bedug yang diadu, namun lebih kepada mengadu lagu-lagu yang dinyanyikan dengan menabuh bedug.
“Mulai dari nangtang yang dijawab dengan lagu tingtit tingbrang, gigibrig tuma hingga lagu kalapa samanggar,” jelasnya.
Dijelaskan Boim, lagu-lagu itu tercipta di belantara kampung, tempat ngadu bedug biasa dilakukan. Bahkan cahaya patromak dan juga obor membangun suasana yang mampu mengamplifikasi suara bedug terdengar lebih menggelegar.
“Pada tahun 1976, tradisi ngadu bedug yang mulanya bertempat di sekitaran kampung mulai dialihkan ke Alun-alun Pandeglang. Upaya ini dilakukan Pemerintah Kabupaten Pandeglang bersama Kodim 0601 untuk menciptakan wadah yang kondusif bagi tradisi Ngadu Bedug,” paparnya.
Masih kata Boim dalam rangka merayakan hari kemenangan, Paguyuban Seniman Bedug Pandeglang bersama Paguron Jalak Banten Nusantara (PJBN) menggagas untuk merevitalisasi Ngadu Bedug lewat acara bertajuk “Gebrag Ngadu Bedug Pandeglang”.