EKBISBANTEN.COM – Kesuksesan adalah hak setiap orang, tetapi tidak setiap orang dapat meraihnya dengan mudah. Diperlukan tekad, kerja keras, strategi, kesabaran dan sikap pantang menyerah. Hal itu dibuktikan oleh Hendra Herman, salah seorang pengusaha sukses dengan banyak perusahaan.
Saat ditemui awak Ekbisbanten.com, di Kantornya yang terletak di daerah Serpong Tangerang Selatan, pria yang akrab disapa Hendra tersebut menceritakan jatuh bangun usaha yang dilakukannya untuk meraih apa yang dimilikinya saat ini.
“Untuk berada di posisi saat ini tentunya tidak mudah ya. Apalagi saya sendiri lahir dari keluarga yang sangat sederhana. Papa saya seorang sopir taksi dan mama saya penjahit konveksi,” katanya mengawali kisah.
Hendra mengungkapkan dahulu saat sekolah dirinya sangat dikenal di lingkungannya. Bukan karena kepintarannya, melainkan Ia dikenal karena tidak pernah mengambil laporan hasil belajar atau raport.
“Jadi saya itu dulu nggak bisa bayar uang sekolah, itulah kenapa saya tidak ambil raport. Zaman sekarang enak ada BOS, jaman dulu nggak ada. Jadi untuk sekolah saja kami harus berjuang keras,” jelasnya.
Pria kelahiran tahun 1975 tersebut mengaku hal terberat dalam hidupnya adalah ketika lulus sekolah dan hendak kuliah tahun 1993. Di mana orang tuanya tidak dapat membiayainya untuk melanjutkan ke jenjang itu.
“Saya kan tinggal di daerah Jelambar Jakarta Barat. Universitas yang dekat dari rumah adalah Untar, Trisakti dan Ukrida. Karena tidak mampu akhirnya saya kuliah agak jauh ke daerah Salemba yaitu di Yayasan Akuntansi Indonesia,” ungkapnya.
“Sambil kuliah di sana, saya kerja di tempat cuci mobil. Ya bisa dibilang untuk kuliah saja gak cukup kerja di sana. Akhirnya singkat cerita teman saya ada yang bantu masukkan saya kerja bukan sebagai orang kantor tapi jadi collector lapangan,” sambung Hendra.
Perjuangan berat, lanjutnya dimulai saat itu. Setiap hari dirinya harus keluar dari rumah pukul 5.00 WIB pagi dengan berjalan kaki lebih dari 6 kilometer.
“Biasanya orang yang se-profesi dengan saya habis antar tugas kerja ke Bank, nongkrong di mana. Tapi saya nggak. Selesai mengerjakan tugas, saya biasanya justru ke Kantor untuk membantu membelikan makanan karena itu kan jam makan siang. Minimal ya saya dapat makanan gratis dari mereka,” ujarnya.
Selain itu, Hendra menjelaskan setiap siang jika tidak ada kerjaan Ia membantu bagian akuntansi. Meski tidak bisa awalnya, tetapi dia terus belajar.
“3 tahun saya di sana konsisten melakukan itu. Selesai melakukan tugas kerja, bantu kerjakan tugas lainnya. Puji Tuhan bos saya melihat kerja keras yang saya lakukan. Beliau menaikan gaji saya waktu itu dari mulanya Rp70 ribu jadi Rp125 ribu. Wah, senang banget deh waktu itu,” terangnya dengan mata berkaca-kaca.
Di sana, Mukjizat Tuhan terjadi. Saya melamar kerja sebagai collector tetapi saat keluar justru di surat pengalaman kerja saya disebutkan sebagai Chief Accounting. “Sejak saat itu saya kerjanya nggak pernah Staf tetapi Chief. Jadi bisa dibilang starting from zero to hero dari sini,”ucap Hendra.
Ayah dari 3 anak itu menuturkan dirinya saat itu terus bekerja keras hingga akhirnya mendapatkan kesempatan menjabat Deputi Director di sebuah perusahaan swasta nasional yang cukup besar.
“Saya waktu itu mengajukan resign di usia 34 tahun karena merasa tidak mau terus menerus ada di comfort zone. Saya berpikir kunci banyak orang tidak berhasil karena menikmati confort zone. Yang ada dipikiran saya adalah bagaimana kita fight terus,” ujarnya.
Dengan keahlian di bidang manajemen, perpajakan, akuntansi, corporate law yang dimilikinya dan didapatkan saat bekerja, di usia 36 tahun Hendra mengawali bisnis di bidang jasa konsultan.
“Dimulai dari ruangan kecil saya mengembangkan usaha di bidang konsultan. 1 tahun kemudian, saya pindah ke Graha Kencana. Makin berkembang terus pindah sewa ke satu Ruko di Alam Sutera sampai akhirnya Puji Tuhan punya Kantor ini,” kata Hendra.
Berbagai masalah yang datang silih berganti, tidak menyurutkan langkahnya untuk terus mengembangkan usaha baik konsultan maupun kuliner yang dimilikinya.
Tahun 2020 di masa pandemi Covid-19 perjalanan bisnis yang dimilikinya mulai goyang. Selain bisnis konsultan, Hendra yang kala itu memiliki 3 restoran di mall dan pabrik kecap merasa gamang dengan keadaan bisnis yang digelutinya.
“Hari itu saya nangis di hadapan Tuhan, karena teman-teman saya pengusaha semuanya bilang ayo rampingkan, karyawan pelan-pelan diberhentikan, gajinya dipotong, supaya kita bisa bertahan,” ungkapnya.
Tetapi, di dalam doa saya gak bisa. Akhirnya, lanjutnya, saya putuskan tidak akan memotong gaji karyawan saya. Tidak ada pengurangan karyawan dan pemotongan gaji.
“Uangnya dari mana? Udah doa aja meski deg-degan banget tiap mendekati akhir bulan,” ungkapnya.
Hendra menjelaskan di saat itu daripada makanan yang disiapkan di restoran yang dimilikinya tidak habis, restoran tidak jalan dan chef tidak bekerja ia berinisiatif untuk seminggu sekali membuat 100 paket makanan dan vitamin yang dibagikan secara gratis ke masyarakat.
“Saya belajar jadi penolong waktu itu. Ternyata dampak dari yang saya lakukan itu luar biasa dahsyat. Tiba-tiba tengah malam saya dihubungi oleh Kemensos untuk menyediakan 40.000 botol kecap untuk program Bansos,” jelasnya.
“Selain itu kami juga diminta menyediakan sardines hingga dapat menjual beras sampai 500 ton perbulan. Hari itu mukjizat Tuhan kembali terjadi. 2020 pandemi Covid perusahaan kami terpelihara, disaat saya belajar menjadi penolong. Coba kalau saya memberhentikan karyawan, belum tentu saya dapat kesempatan,” tambah Hendra.
Setelah kejadian tersebut, pria keturunan Tionghoa yang saat ini memiliki hampir 100 karyawan itu kembali melebarkan sayapnya. Ia dipercaya untuk mengelola budidaya ayam herbal yang berlokasi di Kampung Pasuluhan, Kelurahan Pasuluhan, Kecamatan Walantaka, Kota Serang, Provinsi Banten.
“Saya bisa dipercaya mengelola ini dengan latar belakang yang sebenarnya bukan pengusaha itu semua bisa karena belajar. Ingat, tidak ada yang tidak mungkin jika kita berusaha dengan keras dan belajar menjadi penolong. Mukjizat Tuhan pasti terjadi dan karena itu kehidupan kita menjadi berwarna,” pungkasnya.
Diketahui, selain bisnis budidaya ayam herbal saat ini di bawah “bendera” ASR Farm Banten, Hendra juga sedang mengembangkan budidaya lele bioflok dengan pengaplikasian Bios 44 dan usaha kuliner rice bowl bermerk ChiLe.***