Kamis, 28 November 2024
Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Serius Lawan Kekerasan Seksual, Lingkar Studi Feminis Banten Gelar Konferensi Pers

Mohamad Yusuf Fadilah

| Kamis, 20 Oktober 2022

| 17:07 WIB

Mahasiswa di Banten yang tergabung dalam lingkar studi feminis (LSF) konferensi pers jaringan kesetaraan gender dengan tema "Mengawal Banten yang setara dan aman dari kekesaras seksual". (FOTO/RADEN/EKBISBANTEN.COM)

SERANG, EKBSIBANTEN.COM – Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam lingkar studi Feminis (LSF) Banten, menggelar konfrensi pers dalam upaya menekan angka kekerasan seksual di Banten baik dalam lingkup sosial, pendidikan maupun ekonomi.

Anggota LFS Banten Rizki Mareta mengatakan, kehadiran LSF merupakan bentuk dari kepedulian mahasiswa melalui aksi nyata dalam upaya mengawal Banten yang setara dan aman dari kekerasan seksual terutama bagi perempuan dan anak.

“Sebagai anak muda, sudah seharusnya kita mengawal demokrasi, keberagaman dan kesetaraan tentunya bergerak secara bersama-sama,” kata Mareta dalam konferensi pers jaringan kesetaraan gender, di Kafe Umahkite, Serang, Kamis (20/10/2022).

Mareta melanjutkan, berbagai upaya yang sudah dilakukan oleh LSF sejak tahun 2019, dalam upaya tersebut yakni dengan melakukan kolaborasi dengan pemerintah salah satunya pembentukan Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) di Lingkungan Perguruan Tinggi.

“Dengan cara berkolaborasi tadi, akhirnya kita bisa senang Permendikbudristek ini bisa terealisasi. Kemudian kita juga melakukan rekomendasi terhadap penambahan alat kontrasepsi karena tingginya kasus HIV Aids di wilayah Tangerang,” terang Mareta.

Pihaknya berharap, pemerintah Provinsi Banten bisa lebih fokus terhadap kasus kekerasan seksual, mengingat tingginya kasus tersebut.

“Kami harap pemprov Banten bisa memperkuat komitmen dan kolaboratif dalam upaya pemenuhan hak dan kesehatan seksual, dan reproduksi pencegahan perkawinan anak. Pencegahan kekerasan berbasis gender dan seksual serta kekerasan berbasis gender dan seksual secara online supaya terwujudnya lingkungan masyarakat yang aman,” ujar Mareta.

“Dan juga bisa menjamin peningkatan anggaran yang responsif gender, dimana semua sektor pembangunan berkelanjutan khususnya dalam memperkuat kapasitas sekolah dalam pelaksanaan pendidikan seksual secara komprehensif,” tutup Mareta. ***

Editor :Rizal Fauzi

Bagikan Artikel

Terpopuler_______

Scroll to Top