Heri Suherman salah pendiri bank sampah berkah lestari mengatakan, bahwa saat ini pihaknya tengah mengelola bank sampah. Dari pengelola itu dirinya berhasil mengurai sampah sebanyak 1,2 ton setiap bulannya menjadi hal yang menguntungkan.
Sampah tersebut ia datang dari warga sekitar yang setiap harinya mengantarkan sampah setiap harinya. Namun, kondisi tersebut dalam kurun waktu satu bulan kebelakang mulai berubah. Hal itu lantaran wabah pandemi Covid-19 yang mengharuskan orang untuk tidak berkerumun.
“Karena adanya Covid-19 bank sampah di Kota Cilegon berbeda dari tahun sebelumnya. Kalau sebelumnya itu ibu-ibu itu datang membawa sampah ke bank sampah. Tapi sekarang untuk menghindari kerumunan kita gunakan sistem jemput bola. Jadi kita yang datang ke rumah-rumah warga,” kata Hery kepada Ekbisbanten.com, Cilegon, Kamis (12/8).
Pria yang juga menjadi Ketua Bank Sampah Kota Cilegon ini memaparkan, bahwa saat ini di daerah yang terkenal sebagai Kota Baja ini terdapat 31 bank sampah. Namun, dari jumlah tersebut sebagian tidak aktif.
“Yang terdata itu 30. Cuna yang aktif 24 doang. Itu yang tidak aktif karena SDM nya kurang,” paparnya.
Dari total bank sampah yang di Cilegon, sebanyak 30 ton sampah berhasil diurai setiap bulannya. “Satu bank sampah itu, kalau punya saya itu 1,2 ton dari satu RW kalau yang lain ada yang lebih. Ada juga 3 ton sampah yang diurai dalam kurun waktu satu bulan, kalau dijumlah kurang lebih 30 ton sampah,” ujarnya.
Dalam pelaksanaannya, pihaknya selalu memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pemilahan sampah dari rumah. Dari pemilahan itu dirinya mengubah sampah di bank sampah menjadi sesuatu yang bernilai salah satunya pupuk kompos.
“Sampah non organik seperti kertas kita kerjasamakan dengan PT Indah Kiat, gelas plastik kita kerjasama dengan pengusaha lokal biasanya dibikin kerjinan,sementar organik kita bikin kompos,” ucapnya.
Pupuk kompos yang berhasil diproduksi, hingga saat ini belum bisa memenuhi kebutuhan pasar. Pasalnya, bank sampah di Kota Cilegon masih terbilang minim. “Komposnya kita jual, ke tokok tani bahkan dipesan oleh petani langsung. Dan kompos itu sampai saat ini belum bisa memenuhi kebutuhan pasar. Artinya kita belum bisa memenuhi permintaan,” katanya.
Oleh karena itu, dia berharap perkembangan bank sampah di Cilegon bisa terus tumbuh. Hal itu guna mengatasi sedikit banyaknya persoalan sampah. Karena bagaimana pun juga, masalah sampah butuh bantuan dari berbagai pihak.
“Di Cilegon masih banyak bahkan 60 persen masyarakat belum memahami peran dan fungsi bank sampah. Karena itu kami butuh dukungan dari berbagai pihak untuk mensosialisasikan program bank sampah,” tutupnya. (Ocit)
]]>