Tiga tantangan tersebut yakni, penilaian Islam adalah agama kekerasan, meningkatnya Islamicphobia, serta kondisi sosial dan ekonomi umat islam yang rendah.
“Saat ini kita tengah menghadapi krisis kesejahteraan yang belum pernah kita alami selama tujuh dekade terakhir,” kata Ma’ruf Amin dalam agenda Hari Santri Nasional yang diselenggarakan di Pesantren An-Nanawawi Tanara, Kabupaten Serang, dengan tema “Bakti Santri untuk Negeri,” Kamis (21/10).
Untuk melawan anggapan tersebut, kata Ma’ruf para santri harus memiliki inovasi dan kreatifitas dengan memanfaatkan teknologi supaya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia menjadi lebih baik.
“Pesantren jadi bagian yang utuh, rahmat bagi semua alam, dan ini tugas kita menyerukan agama Islam itu punya nilai-nilai yang baik,” imbuh Ma’ruf.
Kendati diterpa Covid-19, Ma’ruf optimis kreatifitas dan inovasi santri tidak akan mati. Hal tersebut dibuktikan dengan terbentuknya Warung Tanpa Bencana, Astana, Badan Usaha Milik Pesantren, dan program Santri Bagus rupawan seneng ngaji, dan wirausahawan (Gus Iwan), yang di gagas oleh Santri Milenial Center (SiMaC).
“Semoga, dengan adanya momentum hari Santri ini dapat menjadikan kolaborasi yang hebat supaya Bangsa Indonesia kuat secara sumber daya manusia dan ekonomi,” pungkas Ma’ruf. (*/Raden)
]]>
