Pada tahun 2021, Statista memproyeksikan pembayaran menggunakan e-wallet pada platform e-commerce akan mencapai 45%. Pada 2022 mencapai 49%, sedangkan 50% pada tahun 2023.
“Di era pandemi sekarang, e-wallet makin banyak digunakan tidak hanya untuk transaksi online tetapi juga di merchant offline. Sehingga, makin banyak orang yang cashless,” kata Bima Laga, Ketua Bidang Ekonomi Digital Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA).
Sementara itu, riset yang dilakukan oleh MarkPlus Institute memperlihatkan, ShopeePay menjadi e-wallet yang memenangkan pangsa pasar dengan jumlah transaksi sebesar 26% dibandingkan dengan kompetitornya.
Menurut Rhesa Dwi Prabowo, Head of High Tech, Property & Consumer Goods Industry MarkPlus, Inc, ShopeePay memiliki jumlah transaksi terbanyak karena mampu menawarkan promo yang lebih menarik dibandingkan e-wallet lainnya.
Dari riset yang sama memperlihatkan dompet digital yang terintegrasi dengan platform e-commerce memang mengalami lonjakan penggunaan yang tinggi, terutama ShopeePay. Menurut Bima, terdapat keunggulan tersendiri bagi e-wallet yang terintegrasi karena memiliki database konsumen yang dapat digunakan untuk menawarkan promo yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
“Apalagi saat pandemi kemarin toko ritel offline masih tutup. Ini menjadi momentum e-wallet untuk bertumbuh dengan pesat di Indonesia melalui promo yang ditawarkan pada platform e-commerce,” jelas Bima.
Ke depannya, Bima melihat pertumbuhan transaksi e-wallet akan semakin meningkat. Apalagi saat ini metode cashless masih menjadi andalan untuk mengurangi penyebaran COVID-19. Tidak menutup kemungkinan nantinya terdapat dompet digital dari luar yang akan masuk ke Indonesia. (*/rohman)